REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Meskipun terus didemo, Institut Pertanian Bogor (IPB) terus menerapkan program Green Transportation. Dari program tersebut, baik kendaraan motor dan mobil kini tidak berlalu lintas bebas di wilayah kampus namun harus diparkir di tempat yang disediakan.
IPB mempunyai alasan mengapa Green Transportation harus dilaksankan. "Jumlah kendaaraan bermotor yang memasuki kawasan kampus IPB Darmaga rata-rata hariannya meningkat pesat sampai 3.076 per harinya pada 2014," kata Kepala Biro Hukum Promosi dan Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti kepada Republika, Selasa (15/3).
Dia menambahkan, pada 2015 sepeda motor bertambah pesat sekali hingga 10.619 per harinya yang memasuki kawasan IPB. Tak hanya motor, lanjut Yatrim, mobil pada 2014 hanya 619 namun pada 2015 mencapai 1.267 dan kendaraan pelintas sebanyak 140 pada 2015.
"Belum lagi ojek, selama 2015 yang sudah terdata di kampus kita itu sudah ada 217 ojek yang beroperasi di dalam kampus," tutur Yatri.
Peningkatan kedaraan tersebut yang menjadi alsan IPB untuk harus menerapka Green Tranportation karena emisi pencemaran udara yang tinggi. Menurut Yatri, mendukung program Green Campus 2020, Green Transportation menjadi salah satu cara untuk mengurangi emisi.
Tercatat, jenis pencemar udara yang terdeteksi di lingkungan kampus IPB Dramaga yaitu karbon dioksida, karbon monoksida, dan sulfur dioksida. Karbon dioksida paling tertinggi jumlah polusinyam, untuk motor sebanyak 709.203, mobil mencapai 235.066, bus hingga 12.469, ojek di atas 190 ribu, dan mobil pelintas menyentuh 24.915.
"Nah bahan emisi karbon dioksida ini yang mau kami tekan untuk udara tetap bersih maka kami mengajak seluruh yang ad di IPB naik sepeda atau jalan kaki gratis dan kendaraan bisa diparkir di tempat yang sudah disediakan," kata Yatri.
Area parkir di kampus IPB Darmaga kini hanya bisa di Graha Widya Wisuda (GWW), seberang Green TV, samping Posko Menwa, dan di Fakultas Peternakan. Selain itu, biaya parkir untuk mobil atau motor hanya dikenakan Rp 1 untuk pendataan saja. (Baca: Kembali Didemo, IPB Hanya Berusaha Mengubah Budaya)