Rabu 16 Mar 2016 07:40 WIB

TNPPB Klaim Penembakan Pekerja di Papua

Warga melintas di jalan penghubung ke Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Sabtu (5/3).
Foto: Antara
Warga melintas di jalan penghubung ke Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Sabtu (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA – Empat pekerja proyek jalan nasional Trans Papua tewas ditembak kelompok bersenjata di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Selasa (15/3). Pihak Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB) mengklaim bertanggung jawab atas penembakan tersebut.

“Kami bertanggung jawab atas semua penembakan. Sekarang semua sudah satu komando,” kata Juru Bicara TNPPB Sebby Sambom, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/3). Saat ini, Komando Nasional TNPPB dipimpin oleh Goaliath Tabuni sebagai panglima.

Sebelumnya, seperti dilansir Antara, Polda Papua mengungkapkan bahwa empat karyawan perusahaan Modern Group di kampung Agengeng, Distrik Sinak, tewas ditembak. Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpau menyatakan dugaan sementara, penembakan dilakukan oleh kelompok Legagak Telenggen.

Menurut Paulus Waterpau, insiden yang terjadi sekitar pukul 14.00 WIT, saat para karyawan sedang melaksanakan pekerjaannya membangun jalan penghubung antara Sinak (Kabupaten Puncak) menuju Mulia (Kabupaten Puncak Jaya). Tiba-tiba sekelompok masyarakat yang diduga kelompok sipil bensenjata menyerang dan menembaki para karyawan serta membakar dua unit kendaraan berat milik perusahaan. 

Pihak-pihak yang tewas adalah Anis (pimpinan), Andi (operator dozer), Daud (helper dozer) dan David (operator excavator). Jenazah dijadwalkan dievakuasi ke Jayapura, Rabu (16/3).

Menurut Sebby, seluruh kelompok bersenjata yang kini beroperasi di wilayah pegunungan Papua telah bergerak dibawah satu komando. Kesepakatan itu dicapai melalui pertemuan yang mereka lakukan di Biak Numfor, Papua, pada 2012 silam.

Ia menuturkan, selama ini TNPPB sebenarnya hanya menyasar tentara dan polisi. Kendati demikian, para pekerja ditembak karena sudah ada perintah dari pucuk pimpinan kelompok pemberontak tersebut untuk menghalang-halangi pembangunan jalan. “Panglima sudah bilang ‘jangan bangun jalan!’,” kata Sebby.

Terlebih, menurut dia, jalan tersebut melintasi basis para pemberontak bersenjata yang menyebar di seantero pegunungan tengah Papua. Pesan yang ingin mereka sampaikan, kata dia, adalah penolakan terhadap pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat di Papua karena hal tersebut mereka nilai sebagai tindakan penjajahan. “Kami harus melindungi tanah Papua yang sudah dikasih Tuhan sama kami,” kata Sebby yang mengaku hingga saat ini masih bersembunyi di hutan. 

Selain itu, Sebby menuturkan, penembakan adalah langkah yang disebut Komando Nasional TNPPB sebagai “Revolusi Tahapan”. Tahapan tersebut adalah tindakan-tindakan yang mereka harapkan bisa memicu langkah selanjutnya, yakni “Revolusi Lokal.” Terkait pembalasan yang akan dilancarkan TNI-Polri, Sebby menyatakan pasukannya sudah siap. 

Presiden Joko Widodo mencanangkan pembangunan jalan Trans Papua pada akhir 2015 lalu. Proyek itu resmi ditandatangani pengerjaannya pada Januari 2016 di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jakarta.

Jalan tersebut rencananya bakal merentang sejauh 4.000 kilometer. Presiden mengharapkan, pembangunan jalan tersebut bisa memangkas kemahalan harga di Papua dan pada akhirnya memajukan perekonomian wilayah tersebut. n

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement