REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Potensi wisata Muslim sangat menjanjikan. Namun, kue bisnis yang besar tersebut sampai saat ini lebih banyak dinikmati oleh perusahaan travel umum yang pada umumnya dimiliki oleh non-Muslim.
“Coba sebutkan 10 besar perusahaan travel di Indonesia, semuanya perusahaan travel umum milik non-Muslim. Ke mana perusahaan travel Muslim? Karena itu, travel Muslim harus berbenah,” ujar Wakil Ketua Astindo Rudiana.
Rudiana yang juga direktur Wita Tours mengemukakan hal tersebut pada acara Kopdar dan Talk Show “Peningkatan SDM Travel Wisata Muslim” di Graha Yus Join Mahir Bekasi, Jawa Barat, Senin (14/3).
Selain Rudiana, talk show yang diadakan oleh Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) tersebut juga menampilkan nara sumber Jamaluddin Mahmud (presiden direktur Albilad Travel), Anton Subekti (wasekjen Himpuh) dan KH Ahmad Sofwan (ketua Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Pusat).
Chairman IITCF Priyadi Abadi menjadi moderator acara yang dihadiri oleh para direksi, manajer dan tour leader dari berbagai perusahaan travel Muslim tersebut.
Rudiana menambahkan, umat Muslim Indonesia kalau hendak melaksanakan umrah pasti memakai jasa travel Muslim. Namun ketika mereka melakukan wisata Muslim ke Eropa atau destinasi lainnya, mereka memakai perusahaan travel umum.
Menurut Rudiana, saat ini travel Muslim masih ketinggalan dibandingkan travel umum. “Karena itu, travel Muslim harus berbenah dan terus melakukan inovasi untuk mengejar ketertinggalannya selama ini,” kata Rudiana.
Mengapa travel Muslim ketinggalan dibandingkan travel umum milik non-Muslim. Rudiana menyebutkan, setidaknya ada dua kunci kesuksesan peruahaan travel umum tersebut. “Mereka sangat disiplin waktu dan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidangnya,” papar Rudiana yang sudah berpengalaman lebih 35 tahun dalam bidang travel.
Rudiana mencontohkan hal yang sederhana, yakni mengangkat telepon. “Saya pernah mencoba menelepon sebuah travel Muslim. Setelah beberapa kali dering telepon, baru diangkat. Nada bicaranya pun tidak simpatik. ‘Alooo…. Orangnya gak ada. Nanti telepon lagi.’ Bagaimana orang tertarik menggunakan jasa travel tersebut,” tutur Rudiana.
Sebaliknya, kata Rudiana, SDM travel yang baik akan mengangkat telepon dan berbicara dengan bahasa yang menggugah calon pelanggan/pelanggan.
“Assalamu’alaikum, Bu/Pak. Saya Lina. Apa yang bisa saya bantu untuk Ibu/Bapak?’ Kemudian pada akhir telepon, dia menutup dengan bahasa yang santun. “Terima kasih, Bu/Pak, sudah menghubungi kami (sebutkan nama perusahaan travel tersebut). Saya Lina, senang bisa membantu Ibu/Bapak.’ Coba perhatikan, pasti reaksi calon pelanggan/pelanggan sangat senang mendapatkan pelayanana seperti itu,” papar Rudiana.
Rudiana juga mengingatkan pentingnya segera mengangkat telepon begitu berdering. “Kami di Wita Tours punya standar, paling telat pada dering ketiga, telepon tersebut harus diangkat,” ujar Rudiana.
Hal senada diungkapkan Presiden Direktur Albilad Travel Jamaluddin Mahmud. “Kami sangat memperhatikan setiap telepon yang masuk. Sebab, bagi kami, telepon berarti rezeki,” ujar lelaki yang akrab dipanggil Jamal itu.
Jamal mengemukakan, pihaknya mempunyai standar telepon harus diangkat paling tidak pada dering ketiga. “Kalau sampai telepon berdering sampai lebih dari tia kali, baru diangkat, maka karyawan tersebut saya tegur atau saya beri surat peringatan (SP),” tutur Jamal.
Jamal juga menekankan pentingnya memberikan pelayanan terbak (servis excellent) kepada setiap pelanggalan. “Bagi kami, hal yang pertama dan utama yang haru diperhatikan terhadap jamaah adalah kenyamanan dan keselamatan jamaah,” papar Jamal.
Pentingnya travel Muslim berbenah dan melakukan inovasi diamini oleh Ketua Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Pusat KH Ahmad Sofwan. “Travel Muslim harus terus berbenah, agar kualitasnya menjadi semakin bagus. Travel Muslim dituntut banyak ide,” ujar Ahmad Sofwan yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Terpadu Darul Muttaqien Surabaya.
Wakil Sekjen Himpuh Anton Subekti mengemukakan, travel Muslim harus memberikan layanan sebaik mungkin kepada para nasabahnya. “Hal-hal yang harus diutamakan adalah shalat di masjid, makanan halal dan kunjungan ke tempat-tempat wisata yang diiringi dengan hal-hal yang dapat meningkatkan keimananan,” tutur Anton Subekti. N