REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Barack Obama memperingatkan pemilihan presiden menuju Gedung Putih 2016 telah merusak citra Amerika di luar negeri. Obama juga menyebut pemilu kali ini vulgar dan penuh retorika yang memecah belah sehingga mengancam citra negara adidaya tersebut.
"Kami telah mendengar retorika vulgar dan memecah belah terkait perempuan dan kaum minoritas," kata Obama pada reporter, berdampingan dengan Perdana Menteri Irlandia Enda Kenny di sisinya. Menurutnya, tindakan itu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
"Dunia memperhatikan apa yang kita katakan dan lakukan," tambahnya. Pernyataan Obama ini mencerminkan kekhawatirannya terhadap semua tindakan dan ucapan Donald Trump yang diwarnai pesan rasial.
Penasihat utama Obama di Amerika Latin, Dan Restrepo mengatakan presiden seperti Trump tidak cocok berada di Gedung Putih. "Seorang presiden seperti Trump jelas akan membawa implikasi sangat negatif bagi hubungan Amerika," katanya.
Obama mulai menjabat ketika citra AS babak belur karena perang Irak yang ditinggalkan George W Bush. Direktur riset sikap global Pew Research Center mengatakan pada AFP, kini ia melihat perubahan besar dalam cara dunia melihat AS di bawah kepemimpinan Obama.
Menurutnya, secara keseluruhan sikap seluruh dunia pada AS sekarang ini lebih positif daripada selama era Bush. Meski tren ini tidak universal. Meningkatnya citra AS telah jadi anugerah besar bagi Obama.
Ini memberinya pengaruh terkait bagaimana para pemimpin dunia melihatnya. Namun, retorika yang ditunjukkan Trump bertolak belakang. "Ide kampanyenya membuat jalan menuju Kantor Oval bukan sesuatu yang patut disayangkan," katanya.
Trump berjanji membangun dinding perbatasan dengan Meksiko dan meminta mereka membayarnya. Ia juga menyarankan menghentikan aliran migrasi Muslim ke AS. Semuanya membuat publik marah.
Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi, Filippo Grandi menyatakan keresahannya pada perdebatan soal migran. "Ini adalah bagian yang sangat penting dari kepemimpinan AS di dunia," katanya dalam kunjungan pertama ke Washington, Selasa.