REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mencatat dua kasus kematian unggas akibat virus flu burung (H5N1) pada tahun ini. Dua kasus tersebut yakni di Banyuwangi dengan kematian sebanyak 5.000 unggas dan di Lamongan sebanyak 700 unggas.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur, Iswahyudi menjelaskan, kasus flu burung di Banyuwangi tepatnya di dusun Wringinagung, Desa Sumberrejo, Kecamatan Gambiran. Jenis unggas yang terjangkit dan mengalami kematian yakni itik, mentok, dan ayam. Menurutnya, kematian unggas mulai terjadi sejak awal bulan Maret 2016, tetapi peternak baru melaporkan kepada petugas dinas terkait pada 8 Maret 2016.
Kematian 5.000 unggas tersebut termasuk unggas yang mati terjangkit flu burung dan unggas yang dimusnahkan. Secara rinci, jumlah yang mati sebanyak 1.600 ekor dari 7.600 ekor unggas yang tercancam flu burung. Dengan rincian, itik mati 1.000 ekor dari total populasi 5.000 ekor; ayam mati 400 ekor dari populasi 2.000 ekor; dan mentok mati 200 ekor dari populasi 600 ekor.
Sedangkan kasus flu burung di Lamongan tepatnya terjadi di Desa Sembung, Kecamatan Sukorame. Kasus kematian unggas terjadi pada 10 Maret 2016 pada unggas jenis ayam.
“Sudah dilakukan kegiatan pengujian dan terkonfirmasi H5N1 pada ternak,” kata Iswahyudi saat dihubungi wartawan, Rabu (16/3).
Menurutnya, Dinas Peternakan Jatim bersama tim dari kabupaten setempat telah melakukan upaya pengendalian. Untuk bangkai-bangkai dan sisa kotoran unggas telah dibuatkan lubang dan dikubur di dalam tanah. Sementara sisa unggas yang belum mati dan tampak sehat dilakukan penerapan Bio Security dengan pembatasan lalu lintas.
Artinya, unggas tidak boleh dibawa keluar dan tidak sembarang orang masuk kandang. Selain itu, disemprot desinfektan untuk menurunkan risiko penyakit.
Di samping itu, Dinas Peternakan Jatim dan Dirjen Peternakan Hewan Kementerian Pertanian telah melakukan pembinaan kepada 30 peternak unggas di Banyuwangi. Pembinaan terkait masa istirahat kandang agar tidak langsung diisi ternak kembali. Melainkan harus dilakukan pembersihan dengan desinfektan kemudian baru dimasuki unggas baru. Peternak juga dibina terkait cara beternak yang baik agar tidak terjangkit virus flu burung.
Dia menilai, laporan kematian unggas di Banyuwangi tersebut ada keterlambatan. Sebab, selama ini warga menganggap kematian ayam sebagai hal biasa. Namun, karena jumlahnya yang besar akhirnya dilaporkan. Sementara jumlah petugas juga cukup terbatas yakni satu petugas di setiap kecamatan.
“Kami sangat butuh partisipasi masyarakat atas kematian unggas agar diketahui secara dini dan bisa menekan angka penyebaran penyakit,” ucapnya.