REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa keputusan akhir investasi atau final invesment decision (FID) akan molor hingga 2020, akibat keputusan POD atau rencana pembangunan fasilitas pengolahan gas alam cair yang tak kunjung diketok. Perhitungan ini masih menggunakan asumsi keputusan pembangunan fasilitas LNG tetap mengacu pada revisi POD, yakni FLNG atau offshore.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyebutkan, FID seharusnya bisa berjalan pada 2018 dengan asumsi POD diputuskan akhir tahun lalu hingga awal 2016 ini. Namun kenyataan bahwa sampai saat ini tidak kepastian soal Masela, membuat semua jadwal menjadi molor. Bahkan, Amien mengatakan bahwa apabila pada akhirnya diputuskan pembangunan fasilitas LNG dilakukan di darat, maka mundurnya jadwal akan semakin tidak jelas.
"Setelah jelang 10 Maret (2016) mereka pastikan tidak bisa akhir 2018 FID. Jadi kalau POD disetujui sekarang maka FID akan mundur akhir 2020. Kalau Onshore maka mundurnya ga jelas akan lebih lama," kata Amien saat konferensi pers di kantornya, Rabu (16/3) malam.
Amien menjelaskan, mundur dua tahun bukan tanpa alasan. Menurutnya, Inpex dan Shell tentu melihat rencana ke depan dengan banyak perhitungan layaknya investor. Terlebih, 2019 adalah tahun pemilihan umum presiden yang dinilai akan tidak ramah terhadap keputusan besar investasi.
"Kalau akhir 2018 risiko masih diterima. Begitu masuk 2019 Indoensia adalah masa pemilu dan mereka hitung tahun itu sulit dilakukan pengambilan keputusan investasi dengan nilai yang besar," kata dia.
Selain mundurnya jadwal FID, Inpex memutuskan untuk mengurangi pegawai di Indonesia hingga 40 persen dari total personil yang ada saat ini. Artinya tenaga kerja yang berkurang bisa pindah ke pos Inpex di luar negeri. Dari 350 pegawai Inpex di Indonesia, maka hanya akan tersisa 130 pegawai saja. Sisanya akan dipindah ke proyek lain di luar negeri.
Amien mengaku, pihaknya khawatir bahwa hal ini dapat menimbulkan layoff atau pemecatan pegawai. Terlebih kondisi hulu migas sedang lesu akibat harga minyak dunia yang rendah. Tak hanya Inpex, investor Blok Masela lainnya yakni Shell juga meminta kepada insinyur-insinyur yang bekerja untuk proyek Masela agar mencari proyek lainnya di internal perusahaan. SKK Migas mencatat, pekerja Shell yang bekerja untuk Blok Masela tersebar di Jakarta sebanyak 9 orang, di Kuala Lumpur, Malaysia sebanyak 9 orang, dan Belanda sebanyak 25 orang.