Kamis 17 Mar 2016 05:54 WIB

BKSDA Kalteng Apresiasi Warga Serahkan Anak Orangutan

Red: Hazliansyah
Bayi orang utan bermain di dalam rumah perawatan (nursery) di Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF) di Arboretum Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, Senin (5/10).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Bayi orang utan bermain di dalam rumah perawatan (nursery) di Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF) di Arboretum Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, Senin (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Seorang warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, menyerahkan anak orangutan (pongo pygmaeus) kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah.

"Kami berterima kasih karena kesadaran masyarakat untuk turut menyelamatkan satwa langka makin meningkat. Memelihara orangutan bisa mengancam keselamatan orangutan itu, juga bagi yang memeliharanya karena bisa tertular penyakit," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah di Sampit, Rabu.

Seekor anak orangutan berusia sekitar tiga tahun, diserahkan warga kepada BKSDA Sampit. Orangutan berjenis kelamin betina yang diberi nama Jessica itu dalam kondisi sehat.

Anak orangutan itu diserahkan Suyono, warga Jalan Pelita Barat, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Dia mengaku mendapatkan satwa langka itu dari keluarganya yang menemukan orangutan itu sedang dikejar anjing di Jalan Jenderal Sudirman km 14 Sampit.

"Sempat dipelihara sekitar 40 hari. Kami sangat menyayanginya. Dia kami mandikan dan beri makan seperti halnya manusia," kata Suyono.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, keluarga Suyono memutuskan menyerahkan Jessica kepada BKSDA. Anak orangutan ini akan dibawa ke Pangkalan Bun untuk observasi, kemudian akan dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Lamandau jika kondisinya dinilai sudah siap.

Ini adalah orangutan ke empat yang diserahkan warga ke BKSDA sepanjang 2016. Sebagian orangutan yang diserahkan adalah bayi dan anak orangutan yang ditemukan terpisah dari induknya.

Hasil penelusuran BKSDA, kini banyak orangutan yang terpaksa mencari makan di kebun dan permukiman karena hutan yang menjadi habitat mereka, makin berkurang akibat kebakaran lahan maupun dampak pembukaan areal untuk perkebunan kelapa sawit.

Masyarakat diingatkan untuk tidak memelihara orangutan karena melanggar hukum. Satwa langka itu juga rentan menularkan berbagai penyakit seperti tubercolosis, hepatitis, rabies dan lainnya. Selain itu, orangutan rentan mati akibat cara pemeliharaan yang salah jika dipelihara warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement