REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Babinkamtibmas Polsek Pasirian, Lumajang, Aiptu Sigit Pramono, mengaku mengetahui rencana pembunuhan terhadap dua aktivis antitambang Lumajang, Salim Kancil dan Tosan.
Hal itu diungkapkan Sigit saat menjadi saksi dan dimintai keterangan dalam lanjutan sidang terkait kasus penganiayaan dan pembunuhan Tosan dan Salim Kancil di Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis (17/3).
Dalam keterangannya, Sigit mengatakan, sebelum peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terjadi, ia sempat mendapat telepon dari Madasir, anak buah Kepala Desa Selok Awar-Awar, Haryono. Dalam percakapan yang tak berlangsung lama itu, Madasir secara terang-terangan menyatakan niatnya untuk membunuh Tosan dan Salim Kancil.
"'Pak, sudah, pokoknya Tosan sekarang saya bunuh'. Begitu Madasir bilang ke saya. Tapi, saya larang," tutur Sigit.
Niat untuk menghabisi dua nyawa aktivis antitambang itu, kata Sigit diutarakan Madasir setelah adanya upaya mediasi yang dilakukan oleh Polsek Pasirian. Mediasi yang terjadi pada 8 September 2015 itu mempertemukan dua kelompok, yakni kelompok pro-tambang di bawah pimpinan Kades Haryono dan kelompok antitambang diketuai Tosan.
Tak lama berselang, Kades Haryono juga menyatakan hal serupa. Melalui telepon, Haryono mengatakan, akan melakukan demo tandingan bermaksud merespons aksi yang beberapa hari sebelumnya dilakukan oleh Tosan dan kelompoknya menolak pertambangan.
Selain itu, dalam pernyataannya, dengan jelas Haryono mengabarkan rencana untuk membunuh kedua aktivis antipertambangan itu. "Dia (Haryono) juga bilang setelah ini, kalau tetap menjengkelkan, akan gerakkan orang untuk membunuh orang-orang itu (Salim Kancil dan Tosan)," tutur Sigit mengingat kembali isi percakapan dalam telepon pada 24 September 2015.
Pernyataan Madasir dan Haryono menjadi kenyataan. Pada Sabtu, 26 September 2015, Tosan dikeroyok sekelompok orang menggunakan senjata tajam. Ia kemudian diseret dan dilindas menggunakan sepeda motor. Beruntung nyawanya masih tertolong.
Sementara, nasib nahas bagi Salim kancil. Warga menemukannya sudah tak bernyawa dengan luka di sekujur tubuhnya. Ia tergeletak di jalan menuju makam desa. "Saat peristiwa itu terjadi, kami di TKP, kemudian ada telepon lagi dari Haryono kepada saya. Tapi, yang ditanyakan adalah keadaan Tosan. Saya bilang kondisinya parah," tuturnya.