REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik meyakini masa depan Asia tidak hanya ada di tangan Cina dan India, tetapi juga Indonesia.
"Kami percaya, masa depan Asia tidak hanya di tangan India dan Tiongkok, tapi juga Indonesia. Jadi kami mau melihat Indonesia sukses. Tidak di urutan ke 10 dunia pada 2030, tapi di nomor 6 atau 7," katanya dalam Forum Dialog Investasi "Penyederhanaan Perizinan Usaha di Daerah" di Jakarta, Kamis (17/3).
Menurut Dubes Moazzam, sejak 17 bulan bertugas di Indonesia, ia banyak bertemu dengan pengusaha asing dan lokal, juga kerapkali berkunjung ke sejumlah daerah di Tanah Air.
Dari pengalaman tersebut, ia mengaku melihat potensi besar Indonesia untuk mewujudkan mimpi menjadi negara nomor 7 dunia dengan perekonomian terbesar pada 2030.
"Indonesia sudah jadi negara dengan perekonomian terbesar, nomor 16 dunia. Tapi apa Indonesia bisa mencapai posisi nomor 6, nomor 7 atau nomor 8 pada 2030 nanti? Tentu tergantung kebijakan pemerintahnya," ujarnya.
Dubes Moazzam menuturkan, dua tantangan terbesar di Indonesia adalah bagaimana memperbaiki regulasi dan infrastruktur untuk mendukung perekonomian.
Regulasi yang sederhana, konsisten dan transparan sangat dibutuhkan untuk kepastian usaha. Begitu pula infrastruktur untuk menekan biaya logistik.
"Selama beberapa tahun terakhir, ada 3.000 regulasi di Inggris yang kami sederhanakan. Jadi seriap regulasi itu, harus didiskusikan dengan semua 'stakeholder' (pemangku kepentingan) minimal 12 minggu. Di Indonesia juga saya percaya sama, tapi belum terimplementasikan dalam sistem," tuturnya.
Dubes Moazzam juga mendukung target pemerintah untuk masuk ke posisi 40 dalam daftar "Ease of Doing Business" (EoDB) yang disusun Bank Dunia.
Inggris sendiri, dalam laporan terakhir EoDB 2016 berada di urutan ke 8 dan terus melakukan upaya untuk bisa melesat naik ke posisi 5 untuk EoDB 2017.
Indonesia, menurut dia, masih harus bekerja lebih keras lagi untuk naik ke posisi 40 dari saat ini di urutan 109 dari 189 negara di dunia dalam EoDB.
"Indonesia naik ke urutan 109 saja, itu sudah melewati kompetitor di kawasan seperti Vietnam dan Filipina. Jadi sudah ada progresnya," imbuhnya.