REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai sirkulasi atau pergantian generasi di Partai Demokrat tidak berjalan lancar.
Hal tersebut disampaikan mengomentari isu bakal diusungnya Ani Yudhoyono sebagai Capres. Ia mengatakan sistem demokrasi seharusnya memberikan peluang atau kesempatan pada warga negara.
"Namun peluang ini tersandera oleh kuatnya kecenderungan suksesi model aklamasi di internal partai," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (17/3).
Siti menyebut kongres dan Musyawarah Nasional (Munas) relatif tidak memunculkan calon-calon baru, bahkan hanya memunculkan calon tunggal. "Hal inilah yang akhirnya menyebabkan sirkulasi kepemimpinan terhambat," ujarnya.
Demokrat tidak dapat dilepaskan dari figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pendirian partai ini pada 9 September 2001 pun erat kaitannya dengan niat untuk membawa SBY (yang kala itu menjadi Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati) menjadi Presiden.
Karena hal inilah, Demokrat terkait kuat dengan figur SBY. Sayangnya, pada Pemilu 2014, jumlah perolehan suara dan perolehan kursi di DPR untuk Demokrat merosot drastis dari posisi pertama pada 2009 menjadi posisi keempat dari 10 partai di DPR.
Perolehan suara Demokrat kala itu hanya 10,19 persen suara nasional (12.728.913). Perolehan ini disebut-sebut karena kasus beberapa kader partai yang terkait masalah hukum yang membuat citra Demokrat menurun di mata publik.