REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sejumlah warga di Kota Bandar Lampung menggelar aksi menyalakan seribu lilin di Bundaran Tugu Adipura pusat kota berjuluk Tapis Berseri, Kamis (17/3), malam. Aksi simbolik tersebut menunjukkan keprihatinan kondisi kelistrikan di Lampung yang setiap hari terjadi pemadaman.
"Ini aksi keprihatinan warga Lampung karena selalu mati lampu," kata Ketua YLKI Lampung, Subadrayani.
Warga sudah memadati bundaran tugu selepas Maghrib. Hingga malam hari, warga terus berdatangan menyalakan lilin. Antusias warga mendatangi tempat tersebut karena turut prihatin dengan terjadinya pemadaman listrik setiap hari dan bahkan sehari bisa tiga kali.
"Saya ikut, karena saya prihatin saja selalu mati lampu. Paling tidak menunjukkan kepada PLN dan pemerintah di Lampung bahwa rakyat sudah marah, tapi dilakukan dengan simbolik," kata Wati, seorang warga di Tanjungkarang.
Selain YLKI, aksi ini juga mendapat dukungan dari Walhi, LBH Bandar Lampung, dan elemen lainnya yang peduli dengan kondisi kelistrikan di Lampung yang semakin terpuruk.
Pemadaman aliran listrik secara tidak beraturan sudah terjadi hampir setahun terakhir. Awalnya, pemadaman listrik karena musim kemarau panjang yang terjadi pada pertengahan tahun lalu, yang menyebabkan waduk PLTA debit airnya menurun, sehingga pasokan daya berkurang.
Namung, di akhir November tahun lalu sudah musim hujan, hingga sekarang PLN tidak kunjung menormalkan kembali aliran listriknya kepada pelanggan. Bahkan kondisi pemadaman semakin parah, sehari bisa tiga kali dengan lamanya mencapai empat jam.
Dampak dari pemadaman listrik, anak-anak tidak bisa belajar di rumah dan sekolah, pedagang kehilangan pendapatan, pegawai menganggur, arus lalu lintas macet, dan air PDAM tidak mengalir.
"Pemadaman listrik kali ini sudah merugikan dan menyengsarakan warga di Lampung. PLN harus bertanggung jawab," kata Ketua IMM Lampung, Iqbal WT, saat unjuk rasa di depan kantor PT PLN Distribusi Lampung, Kamis (17/3) siang.