REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengharapkan tingkat bunga pinjaman ikut mengalami penurunan setelah Bank Indonesia menyesuaikan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,75 persen pada Maret, dari sebelumnya 7,0 persen.
"Mudah-mudahan tingkat bunga pinjaman ikut menurun. Sehingga sektor riil bergerak, investasi swasta juga berjalan," kata Bambang di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, perkembangan global yang saat ini sedang mengalami kelesuan, menjadi pertimbangan bank sentral untuk menurunkan suku bunga, dan hal itu seharusnya bisa berdampak kepada penyesuaian tingkat bunga pinjaman.
Perkembangan ekonomi global itu, kata Bambang, salah satunya adalah Bank Sentral AS (The Fed) yang bersifat "dovish" dan telah menahan penyesuaian suku bunga acuan, karena perlambatan ekonomi AS masih terjadi.
"Memang ada ruang dan kemarin (kebijakan) The Fed bersifat 'dovish' artinya mereka tidak akan menaikkan (suku bunga) dalam waktu dekat," ujar Bambang.
Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Fauzi Ichsan menambahkan penurunan BI Rate pada Maret merupakan peluang adanya penyesuaian tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah maupun valas di perbankan (LPS Rate).
"Tentu ada korelasinya, dengan penurunan BI Rate otomatis rate di perbankan akan turun, maka ada peluang penjaminan LPS rate akan turun," jelasnya.
Saat ini tingkat bunga penjaminan (LPS Rate) untuk simpanan rupiah di bank umum mencapai 7,5 persen, untuk simpanan valas sebanyak 1,25 persen dan untuk simpanan rupiah di bank perkreditan rakyat sebesar 10 persen.
Menurut Fauzi, apabila suku bunga pinjaman mengalami penurunan cukup tajam, maka rapat Dewan Komisioner untuk memutuskan LPS Rate, bisa berlangsung lebih cepat dari jadwal semula pada Mei 2016.
Sebelumnya, BI menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,75 persen karena proses pemulihan ekonomi domestik masih terjaga yang ditandai dengan laju inflasi yang terkendali, dan indikasi meredanya gejolak pasar keuangan global.