REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Al-Chaidar berpendapat, Densus 88 masih diperlukan untuk menangani aksi teror. Namun, ia meminta para personel Densus 88 mendapatkan sejumlah kajian agar lebih Islami.
"Caranya adalah mengumpulkan semua anggota Densus yang (beragama) Islam dan mengerti agama, mereka tidak menangkap terduga teroris ketika sedang shalat (misalkan)," kata dia, Jumat (18/3).
Menurut dia, selama ini mereka dapat melakukan penangkapan sesuai dengan nilai-nilai agama. Sedangkan, untuk anggota Densus 88 yang terbukti menjadi penyebab tewasnya Siyono (33 tahun), harus diproses secara hukum.
"Kenapa mereka membunuh orang yang masih terduga," kata dia. Chaidar menyebut, Densus 88 seharusnya tidak dibubarkan, tetapi dievaluasi kinerjanya.
Pada Jumat ini, sejumlah ormas Islam menyuarakan aksi masal. Mereka mendesak Presiden dan Kapolri untuk melakukan pembubaran Densus 88. Puluhan poster dibentangkan di depan Mapolresta, seperti "Presiden Jokowi Dimohon Bubarkan Densus 88" dan "Kapolri Bubarkan Densus 88".