REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat kerja daerah (Rakerda) DPD PDI Perjuangan Riau dihadiri Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Menyadari Riau kental dengan budaya Melayu, Hasto seketika membuat tiga pantun dadakan.
Hasto yang membuka Rakerda PDIP Riau menciptakan dua pantun yang diketikanya melalui handphone di tangannya. Dalam siaran pers, Sabtu (19/3), ia membacakan satu per satu pantun yang identik dengan budaya Melayu itu:
Pantun pertama:
Rakerda PDI Perjuangan Provinsi Riau kali ini pantas dikenang,
Karena Pak Gubernur berkenan datang
Tali silaturahim ini akan semakin terbentang,
Dengan ekspresi kebudayaan Melayu yang begitu agung dan membuat kita tercengang
"Ini benar kan, yang penting akhiran pantun sama. Ini diakhiri 'ng' semua," ucap Hasto yang disambut tawa peserta termasuk Plt gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.
Pantun kedua yang diciptakan dan dibacakan Hasto berbunyi:
Bung Karno sungguh terpesona oleh keanekaragaman kebudayaan Indonesia yang begitu menawan,
Kita pun tergerakkan untuk mewujudkannya pada politik yang berkeadaban,
Hari ini kader-kader PDI Perjuangan Provinsi Riau tak henti-hentinya meneguhkan,
Komitmennya membangun Riau yang berkebudayaan.
Sebelum membuka Rakerda, Hasto berdialog dengan Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Al Azhar. Dia mengatakan, panitia rakerda yang menjembatani dialog tersebut, menyiapkan pantun bagi Hasto.
"Tapi pantun itu saya baca gak cocok. Akhirnya, saya pun mendadak menciptakan pantun untuk disampaikan kepada pengurus Lembaga Adat Melayu," ujar Hasto.
Pantun terakhir berbunyi:
Hatiku senang datang ke Pekanbaru,
Mohon maaf datang dengan waktu terburu-buru,
Suatu kehormatan dapat bertemu para tokoh Lembaga Adat Melayu,
Melalui kebudayaan kita bersatu.
Al Azhar yang didampingi sejumlah pengurus Lembaga Adat Melayu Riau pun bertepuk tangan atas pantun yang dibacakan Hasto tersebut. Memang dialog Hasto dengan pengurus Lembaga Adat Melayu Riau hanya sekitar 30 menit karena Hasto harus segera membuka rakerda.
"PDIP respek dan mengagumi keseluruhan khasanah kebudayaan Melayu sebagai pilar dari Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan," katanya.