REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dewan Urusan Agama Islam Singapura (Muis) mendorong pelajar yang berminat mendalami ilmu agama di sekolah keagamaan luar negeri untuk berhati-hati dalam memilih tempat mereka menimba ilmu. Dilansir dari The Strait Times, Kamis (17/3), MUIS menyimpulkan ada sekolah-sekolah agama di luar negeri yang mendoktrin siswa mereka menjadi militan.
"Di luar sana, terdapat institusi-institusi yang mengatasnamakan sebagai pusat belajar Islam, tetapi ternyata terlibat dalam konflik bersenjata dan aktivitas militan," Ungkap Perwakilan MUIS, Deputi Direktur Mufti Singapura, Dr. Nazirudin Mohd Nasir.
Ia mengingatkan agar Muslim yang berminat belajar di luar negeri untuk meminta bimbingan dari pihak yang lebih paham, seperti Muis. Dia juga meminta keluarga dan orangtua pelajar untuk lebih aktif membimbing dalam menemukan sumber-sumber belajar Islam yang dapat dipercaya.
"Untuk mereka yang ingin belajar di institusi luar negeri, diharap berkonsultasi dengan Muis, dan kami akan menyediakan panduan serta dukungan yang dibutuhkan untuk menemukan institusi studi Islam yang kredibel," jelasnya.
Kasus pelajar terjebak dalam situasi militan tersebut telah terjadi di Singapura. Sebanyak tiga pelajar warga negara Singapura diketahui terlibat dalam konflik bersenjata. Ketiga pelajar tersebut merupakan siswa sekolah agama Dar Al-Hadith di Dammaj, Yaman. Di tengah konflik, mereka bergabung dengan pasukan bersenjata, bahkan menyatakan siap gugur di medan perang sebagai syuhada.
Wakil Presiden Cendekiawan Islam dan Pengajar Agama Pergas, Muhammad Zahid Mohd Zin menyatakan Yaman memang destinasi populer bagi pelajar Muslim. Kebanyakan Muslim yang berminat mendalami ilmu agama akan memilih Mesir, Yordania, serta Yaman. Kebanyakan pelajar memang menjadi siswa di institusi yang cukup ternama.
Namun tidak semuanya seberuntung itu. Seperti tiga siswa militan Singapura, yang belajar di sekolah dengan pandangan melenceng tentang ajaran Islam.