REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Serangan bom yangmelanda jantung kota Istanbul, Turki, pada Sabtu (19/3), menewaskan lima orang, tiga di antaranya adalah warga asing.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan, bahwa ada beberapa warga asing di antara lima koban pengeboman di Istanbul. Dua orang merupakan warga dengan kewarganegaraan ganda Israel-Amerika dan satu lagi warga Iran. Insiden tersebut juga melukai beberapa lusin lainnya.
"Turki selalu mengatakan, bahwa terorisme tak memiliki agama, bahasa maupun ras dan bahwa terorisme harus dikecam tak peduli siapa pun pelakunya. Insiden menyedihkan ini menunjukkan sekali lagi bagaimana benarnya posisi kami," ujar Davutoglu.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom tersebut. Namun kecurigaan jatuh pada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah maupun gerilyawan Kurdi yang telah dua kali mengklaim serangan terbaru di Ankara.
Ledakan mengguncang Istiklal Street yang merupakan tujuan populer bagi wisatawan dan penduduk lokal. Area tersebut dipenuhi kafe, restoran, kantor pemerintah dan konsulat asing. Gubernur Istanbul Vasip Sahin mengatakan, ada lima korban jiwa akibat ledakan. Sahin menambahkan penyelidikan masih berlangsung terkait insiden ini.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri mengatakan, korban tewas termasuk pelaku bom bunuh diri.
Tak lama setelah kejadian, polisi segera menutup daerah tersebut. Sementara ambulans dan tim forensik bergegas ke tempat kejadian setelah bom meledak pada pukul 11.00 waktu setempat.