REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan pengembangan Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong, Papua Barat selesai.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik, J. A. Barata mengungkapkan, Bandara DEO merupakan salah satu bandara tersibuk di Papua.
"Pergerakan pesawat di salah satu bandara tersibuk dan terbesar di Semenanjung Kepala Burung Papua ini mengalami rata-rata pertumbuhan 3,3 persen tiap tahunnya," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (20/3).
Ia merinci, tercatat ada 9.000 lebih pergerakan pesawat per tahunnya. Sementara dari sisi penumpang, ia melanjutkan, rata-rata pertumbuhan penumpang per tahun mencapai 13,2 persen.
Pada tahun 2014 ada sekitar 500 ribu lebih penumpang. Kemudian untuk kargo, rata-rata pertumbuhan kargo per tahun cukup pesat, yakni sekira 17,2 persen (tahun 2014 mencapai 3,06 juta barang per kilo kargo).
Sebagai bandara pengumpan, kata Barata, Bandara DEO Sorong melayani penerbangan berjadwal domestik yang dioperasikan oleh beberapa maskapai, seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Ekspress.
Selain itu, Bandara DEO juga melayani penerbangan perintis yang dioperasikan maskapai Susi Air ke beberapa wilayah sekitar, seperti Ayawasi, Inawatan, Teminabuan, dan Waisai.
Bandara DEO, mempunyai runway sepanjang 2.060 meter dan lebar 45 meter. Runway itu, dapat didarati pesawat sejenis Boeing seri 737.
Sementara itu, Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan berharap, pengembangan Bandara DEO dapat meningkatkan pelayanan jasa transportasi udara di Kota Sorong dan sekitarnya. Sehingga, Kawasan Timur Indonesia dapat terus berkembang maju.
"Hal ini sesuai dengan program Nawa Cita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dan meningkatkan kualitas hidup manusia, serta meningkatkan produktivitas rakyat," tutur Jonan menjelaskan.