REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (IKAPTIQ) menyatakan prihatin dengan redupnya syiar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) belakangan ini.
Padahal menurut Ketua IKAPTIQ terpilih pada Munas dan Silaturahim Nasionalnya di Jakarta Ahad (20/3), Jazilul Fawaid, semangat mensyiarkan Alquran seharusnya lebih ramai dari konser musik.
Ia pun teringat betul bagaimana animo masyarakat yang begitu besar bila perhelatan itu tiba. "Dahulu, kalau ada MTQ orang-orang berbondong-bondong datang. Bahkan ramainya bisa melebihi konser dangdut,” katanya.
Menurut Cak Jazil, sapaan akrabnya, berkurangnya syiar Alquran saat ini karena tidak ada pembibitan yang baik. Sehingga dalam perlombaan yang biasa diadakan pemerintah seperti Musabaqah Hifdzul Quran dan MTQ pun kurang meriah.
Keprihatinan inilah yang mendorong anggota DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini, tergerak dan bersedia memimpin korps alumni penghafal Alquran tersebut serta meminta kerjasama sekaligus sinergi untuk bersama-sama mensyiarkan Alquran. "Saya bukan ketua, saya ingin sama-sama bekerjasama,” katanya tawadhu di depan ratusan alumni PTIQ.
Jazil pun menegaskan, peran IKAPTIQ nantinya akan lebih menggemakan syiar Alquran. Salah satunya lewat dukungan dan dorongan untuk menghidupkan kembali gerakan maghrib mengaji, termasuk pula program khataman Alquran 30 juz setiap tiga bulan sekali.
Selain itu, PTIQ juga merupakan satu-satunya kampus di Jakarta yang telah mencetak banyak sarjana penghafal Alquran. Sejak didirikan pada971, banyak alumni yang telah berkiprah di masyarakat dengan berbagai profesi di seluruh wilayah Indonesia. "Ini juga potensi besar terutama membendung ideologi transnasional yang mengancam NKRI,” tuturnya.