Senin 21 Mar 2016 14:24 WIB

Pengamat: Masyarakat tak Butuh Capres Mengandalkan Nama Besar Keluarga

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Angga Indrawan
Mantan Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi istrinya Ani Yudhoyono (kedua kiri) menyapa petugas kesehatan saat melintas di Jalan Jendral Sudirman pada kegiatan
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Mantan Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi istrinya Ani Yudhoyono (kedua kiri) menyapa petugas kesehatan saat melintas di Jalan Jendral Sudirman pada kegiatan "SBY Tour De Java", Ciamis, Jawa Bar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Mada Sukmajati mengingatkan untuk menjadi pemimpin, butuh rekam jejak dan hasil kerja nyata selama menjadi politikus maupun kepala daerah. Hal tersebut menyoal adanya isu pencalonan Ani Yudhoyono sebagai kandidat calon presiden 2019 yang akan diusung Partai Demokrat.

"Kita butuh track record yang kemudian dari sana tidak sekedar mengandalkan nama besar keluarga, kaitannya dengan dinasti politik. Tapi juga kinerja riil yang telah dihasilkan," kata Mada, Senin (21/3).

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengklarifikasi pemberitaan yang menyebut Ani sebagai capres yang diusung partai berlambang bintang mercy itu. Klarifikasi tersebut menjadi tanda tanya, kemudian siapa calon yang akan diusung Partai Demokrat. Setelah nama Ani Yudhoyono, kemudian muncul nama Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

Mada menilai, peluang Ibas tidak bisa hanya mengandalkan nama besar keluarganya Susilo Bambang Yudhoyono. Sebab, ia melanjutkan, masyarakat ingin melihat rekan jejak Ibas. "Tapi riilnya, track record-nya juga masih belum kelihatan, baik Puan (Puan Maharani, anak Megawati Soekarno Putri) maupun Ibas," ujarnya.

 

Sementara itu, Mada mengatakan, jika melihat tren Indonesia dan banyak negara dengan sistem presidensial, inkumben akan sangat sulit dikalahkan. Kecuali, dengan fenomena atau kasus yang sangat menonjol dan merugikan yang bersangkutan. Sehingga, ia berujar, jadi saya kira, sepanjang kondisi pemerintahan saat ini masih baik-baik saja, maka akan sangat sulit mengalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pejawat.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement