Senin 21 Mar 2016 16:40 WIB

Badai Tropis Emeraude Sebabkan Cuaca Panas Pontianak

Ilustrasi.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAI RAYA, KALBAR -- Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Supadio Pontianak, Giri Darmoko mengatakan cuaca panas yang terjadi di kota Pontianak dan sekitarnya masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.

Cuaca panas itu disebabkan oleh badai tropis Emeraude yang terjadi di garis ekuator, tepatnya di Selatan Jawa dan Selatan Irian Jaya, kata Giri, di Sungai Raya, Senin (21/3).

"Badai Emeraude ini terjadi di selatan Jawa dan selatan Papua dengan kecepatan pusaran angin dan tekanan udara 988 dan kecepatan pusatan 55 knot.

Akibat hal itu, cuaca panas yang terjadi di Kalbar antara 32 sampai 35 derajat Celsius dan merata terjadi pada beberapa daerah di Kalbar, kata Giri pula. Namun, jika badai tropis itu sudah melemah, maka panasnya juga akan berkurang dan hujan akan kembali.

Dia menjelaskan, badai tropis itu terjadi sejak tanggal 19 Maret dan diprediksikan akan terjadi sampai 25 Maret mendatang. Akibat cuaca panas itu, pihaknya telah memantau empat titik api yang berada pada beberapa daerah di Kalimantan Barat.

"Ada empat titik api yang kami lihat pada hari ini, yaitu di daerah Ketapang satu titik api, Mempawah satu titik api, dan Kota Singkawang dua titik api. Semua itu berdasarkan pantauan Satelit Modis yang di-update hari ini," katanya pula.

Dia menjelaskan, dalam satu pekan ini diprediksikan curah hujan akan berkurang dan akan lebih didominasi oleh cuaca panas. Giri menjelaskan, badai tropis Emeraude itu mengakibatkan gelombang panas yang berimbas ke Kalbar, dengan arus udara panas itu dibawa oleh angin. Biasanya hal ini akan terjadi sampai dua atau tiga hari ke depan.

"Cuaca panas yang terjadi di Kalbar ini juga akibat titik kulminasi yang akan berlangsung di Pontianak pada 23 September, saat matahari berada tepat di atas garis ekuator yang mengakibatkan cuaca panas," kata dia lagi.

Diperkirakan dalam satu pekan ini akan terjadi cuaca panas, sehingga diharapkan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan karena akan memperburuk situasi. "Terlebih pada Maret dan April ini merupakan bulan peralihan cuaca dari hujan ke panas, sehingga kami imbau masyarakat jangan membakar lahan," kata Giri lagi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement