REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah terjadinya kenaikan temperatur hingga 40 derajat Celcius akibat fenomena astronomi equinox yaitu melintasnya matahari di garis khatulistiwa secara periodik.
"Dalam dua hari terakhir banyak beredar info tentang fenomena equinox di media sosial, itu tidak benar, buktinya hari ini di Pasaman, Sumatera Barat ada yang merayakan titik kulminasi matahari," kata Kepala BMKG, Andi Eka Sakya di Padang, Senin (21/3).
Ia menyampaikan hal itu dalam kuliah umum dengan tema Kesepakatan Paris dan Paradigma Baru Diseminasi Bencana Alam Perspektif Menghadapi Perubahan Iklim di Universitas Negeri Padang.
Menurut dia dalam konferensi tingkat tinggi perubahan iklim seluruh dunia sepakat untuk sama-sama menahan laju kenaikan temparatur permukaan tidak lebih dari dua derajat.
Bahkan untuk Indonesia tidak lebih dari 1,5 derajat karena jika lebih dari itu pulau pulau di Pasifik Barat akan tenggelam, lanjut dia.
Sementara, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padang Pariaman, Budi Samiaji menjelaskan fenomena equinox terjadi dua kali dalam setahun yang pada daerah garis khatulistiwa pada 21 Maret dan 23 September 2016.
Menurut dia justru suhu panas di Sumbar terjadi pada saat matahari jauh dari ekuator yaitu 23 Juni dan 22 Desember 2016 karena berdasarkan catatan BMKG saat itu mencapai 38 derajat Celcius.
Selain itu Sumbar namun juga tertolong dengan cuaca maritim karena banyak laut sehingga panas akibat equinox tersebut menjadi penguapan yang membentuk awan berpotensi untuk hujan dan mengurangi pengaruh suhu panas.
Sebelumnya beredar informasi di media sosial akan terjadi fenomena equinox menyebabkan temperatur naik hingga 40 derajat Celcius.
Salah seorang warga Padang, Serli mengatakan info tersebut cukup meresahkan karena disebutkan terjadi penaikan suhu hingga 9 Derajat Celcius. "Alhamdulillah tidak benar, malah selepas pukul 14.00 WIB cuaca mendung di Padang," ujarnya.
Ia berharap pihak berwenang memberikan penjelasan di media jika ada informasi sejenis beredar agar masyarakat tidak panik.