REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Proyek pembangunan jaringan gas di enam kota besar di Indonesia diyakini bisa menekan impor elpiji. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja menambahkan, tak hanya impor yang ditekan namun subsidi untuk elpiji ukuran 3 kg yang selama ini diberikan bisa ikut tertekan.
"Penghematannya kalikan saja 89 ribu sambungan rumah dengan 3 tabung melon, berarti 9 kg kan kali 89 ribu SR, kira-kira itu sebulan ya. Kalau setahun kalikan lagi 12. Nah dari situ akan kurangi impor elpiji sekian. Subsidinya juga akan kurang. Memang belum signifikan sekali, tapi itu bakal mengurangi impor yang jelas," kata Wiratmaja, di Palembang, Senin (21/3).
Bertepatan dengan ini, pemerintah meresmikan proyek infrastuktur jaringan gas di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjelaskan, proyek jaringan gas di Prabumulih merupakan proyek infrastuktur migas terbesar dengan anggaran nyaris Rp 500 miliar.
“Di antara kontrak yang ditandatangani dihadapan Presiden tanggal 29 Februari 2016 lalu, saya sampaikan bahwa pembangunan jargas Prabumulih merupakan kontrak terbesar dengan nilai Rp 493,5 miliar," kata Sudirman.
Kota Prabumulih telah memiliki jargas sebesar 4.650 sambungan Rumah Tangga (SR) sejak tahun 2012 yang bersumber dari anggaran APBN. Sudirman menyebutkan, tahun ini jumlah jargas akan bertambah sebanyak 34.626 SR dengan rincian 32.000 SR berasal APBN tahun anggaran 2016 dan 2.626 SR merupakan pengembangan investasi Pertamina. Selain itu, akan dibangun juga SPBG Online Station dengan kapasitas 1 juta kaki kubik per hari (mmscfd) senilai Rp 50,3 miliar yang bersumber dari APBN tahun anggaran 2016.