REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Organisasi Pariwisata Korea Selatan hadapi protes dari sekelompok masyarakat Kristen Korea mengenai kebijakan hadirkan fasilitas ramah Muslim. Dilansir dari The Korea Times, Senin (21/3), KTO pada bulan lalu menyatakan rencana mereka menyiapkan lebih banyak fasilitas ramah Muslim dan adakan berbagai acara guna menarik wisatawan Muslim mancanegara.
Mengikuti rencana tersebut, banyak pemerintah daerah yang semakin giat menyusun rencana menarik lebih banyak pula pelancong Muslim. Akan tetapi langkah tersebut ditolak dengan tegas sebagian masyarakat Korea. Bahkan ada usaha mendesak dua wali kota di Daegu dan Iksan untuk membatalkan rencana fasilitas ramah Muslim tersebut.
Kelompok konservatif itu membantah aksi mereka itu adalah aksi radikal. Mereka khawatir terhadap tumbuhnya pengaruh Islam di Korea dan berbagai macam implikasi ke depannya.
Tidak semua warga Korea menolak kebijakan ramah Muslim. Menurut seorang pastor di Seoul, apa yang seharusnya dipikirkan warga Korea adalah cara hidup berdampingan dengan Muslim dan bagaimana membantu Muslim menghadapi sentimen yang disulut oleh media tersebut.
Sementara di Korea Selatan sendiri, semakin banyak wisatawan Muslim yang berkunjung. Tahun lalu, 800 ribu pelancong Muslim tercatat datang berlibur di negara tersebut. Jumlah pengunjung Muslim di Korea Selatan diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun ke depan.
Mengenai protes oleh kelompok Kristen konservatif terhadap fasilitas ramah Muslim, Federasi Muslim Korea menolak untuk berkomentar. Mereka khawatir komentar itu akan menjadi pemicu lebih besar lagi berkembangnya sentimen anti-Islam di Korea Selatan.