Selasa 22 Mar 2016 18:50 WIB

Angka DBD di Bekasi Masih Tinggi

Rep: C38/ Red: Winda Destiana Putri
 Sejumlah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat dengan menggunakan velbed di ruangan cempaka yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sejumlah pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dirawat dengan menggunakan velbed di ruangan cempaka yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bekasi, Jawa Barat masih tinggi sepanjang Maret 2016.

Data Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat, total kasus DBD selama Januari-Maret 2016 mencapai 874 kasus. Sebanyak 16 di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Anne Nurchandrani, menyampaikan tahun ini angka penderita DBD meningkat, baik dalam skala nasional, provinsi, maupun khususnya di Kota Bekasi.

"Di Kota Bekasi sudah ada 16 korban meninggal dan hingga kini hampir 1000 warga terjangkit DBD," ungkap Anne Nurchandrani, di Bekasi, Senin (21/3).

Ia menyebut, adanya 16 kasus meninggal dunia akibat DBD di Kota Bekasi bukanlah angka yang sedikit. Dibandingkan akumulasi Januari-Desember 2015 yang hanya mencatatkan 11 kasus meninggal dunia, jumlah ini jauh lebih lebih banyak.

Sebagian besar yang terjangkit adalah anak-anak. Gejala DBD semakin mengkhawatirkan karena kondisi cuaca yang tidak menentu akibat pergantian musim.

Data Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang berhasil dikumpulkan Republika mencatat, jumlah kasus DBD selama medio pertama 2016 terus mengalami kenaikan.

Kasus DBD per 31 Januari 2016 tercatat 204 kasus, kemudian ditambah 277 kasus selama 1-25 Februari 2016, dan sekarang total telah mencapai 874 per 21 Maret 2016. Angka pasti kasus DBD selama Maret saja belum diketahui.

Menurut Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tetty Manurung, puncak angka kasus DBD tertinggi berada pada bulan Februari.

"Maret masih tinggi, tapi sudah berkurang kalau dibanding Februari 2016," kata Tetty.

Ia menambahkan, angka kasus DBD sangat tergantung pada cuaca dan curah hujan. Tidak hanya di Kota Bekasi, angka penderita di tingkat Provinsi Jawa Barat pun sudah sangat tinggi.

Jika dibandingkan kasus DBD sepanjang 2015, angka penderita selama Januari-Maret 2016 terbilang meningkat. Tahun 2015 kemarin, secara keseluruhan hanya terjadi 1006 kasus DBD di Kota Bekasi.

Tetty menjelaskan, tren DBD di beberapa kota tengah meningkat tahun ini. Dalam posisinya sebagai kota penyangga ibukota, penularan kasus DBD di Kota Bekasi tidak selalu terjadi di Bekasi. Sejumlah kasus DBD tercatat dari warga pendatang atau warga yang transit di Bekasi.

Menyikapi tingginya angka kasus DBD tersebut, Pemerintah Kota Bekasi melakukan pencanangan Gertak PSN (Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk) pada awal pekan ini.

PSN ini penting, sebab kondisi musim penghujan berpotensi menimbulkan tempat-tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penyebab penularan DBD.

Pencanangan gerakan ini dilakukan oleh Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, di Perumahan Dukuh Zamrud, RT 01/RW 18, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

Menurut Anne, pencanangan dilakukan di Kecamatan Mustikajaya mengingat jumlah kasus DBD di kecamatan ini terhitung paling tinggi dibanding 11 kecamatan lain di Kota Bekasi. Angka DBD di Mustikajaya per Maret 2016 telah mencapai 164 kasus.

"Sebenarnya kita setiap saat sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), baik itu di tingkat Puskesmas, RT, atau kelurahan. Tetapi, Wali Kota Bekasi benar-benar ingin PSN dilakukan secara serentak di Kota Bekasi," tegas Tetty menambahkan, kepada Republika, Selasa (22/3).

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengakui bahwa Kota Bekasi mengalami lonjakan kasus DBD. Ia menuturkan pengalamannya melakukan kunjungan ke RS Hermina pada Senin (21/3) sekitar pukul 03.00 kemarin.

Unit Gawat Darurat (UGD) di rumah sakit tersebut penuh oleh pasien DBD. Menurutnya, pasien di RSUD Kota Bekasi bahkan sampai berjubel, hingga pihak RS kekurangan tempat untuk perawatan.

Ia menekankan, Dinas Kesehatan harus lebih waspada mengantisipasi lonjakan kasus DBD. Menurut Effendi, sistem fogging yang saat ini SOP-nya dibuat oleh Dinas Kesehatan harus diubah, bukan menunggu ada kasus dan beralasan nyamuk akan kebal.

"Ada kena dulu baru fogging, harusnya kan sudah tahu siklusnya dan ini juga dianggarkan," kata Wali Kota Bekasi.

Wali Kota Bekasi juga menjanjikan peningkatan honor bagi para kader jumantik menjadi satu juta atau di atas satu juta supaya mereka lebih lebih semangat melakukan penyuluhan.

Keputusan Wali Kota (Kepwal) terkait hal ini akan segera dibuat. Tugas utama Dinkes-lah untuk melakukan antisipasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Effendi berharap, dengan langkah ini tingkat kesehatan warga di Kota Bekasi turut meningkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement