REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pihak Dahsyat yang diwakili Direktur Program dan Produksi RCTI, Dini Putri menerangkan, kasus yang menimpa Zaskia Gotik jelas menjadi pelajaran dan catatan bagi mereka. Segala hal yang dinilai oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku pengawas dunia pertelevisian harus diterima.
“Kalau salah, ya kita harus bilang salah, kita tetap taat aturan. KPI jadi pengawas televisi dan itu harus kita terima,” ujar Dini melalui keterangan persnya di Jakarta, Selasa (22/3).
Menurut Dini, terdapat beberapa hal tertentu yang memang tidak boleh menjadi bahan lelucon. Beberapa di antaranya seperti ihwal Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) dan Pancasila. Untuk itu, kasus Zaskia Gotik jelas menjadi pelajaran bagi tim kreatif Dahsyat.
Dini juga menegaskan tidak ingin dipoltisasi. Ia juga menerangkan terkadang pengisi acara melakukan hal di luar plot tim kreatif acara. Oleh sebab itu, pihaknya selalu mengingatkan pembawa acara dan pengisi acara untuk tidak nakal.
Apalagi, dia melanjutkan, KPI dan masyarakat ikut dan selalu memantau figur-figur yang hadir di layar televisi. Selain itu, Dini juga menyatakan, Zaskia Gotik bukan pembawa acara Dahsyat. Karena itu, pihaknya tidak melakukan penalti atas kejadian ini. Namun teguran keras internal jelas dilakukan.
Sebelumnya, dalam sesi acara Dahsyat di RCTI, Zaskia Gotik menjawab dengan seenaknya terhadap pertanyaan yang juga adalah seorang publik figur. Pada pertanyaan pertama ihwal soal kapan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
Pertanyaan ini dijawab seenaknya oleh Zaskia, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya setelah azan Subuh pada 32 Agustus. Kedua, pertanyaan soal apa lambang sila kelima Pancasila. Zaskia menjawab lambang sila kelima Pancasila adalah 'bebek nungging'. Zaskia pun dilaporkan dengan dugaan pelecehan lambang negara.