REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Politik dari Universitas Bengkulu, Lely Arrianie menilai masih terlalu pagi membicarakan bakal calon presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Hal ini diungkapkannya mengingat beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa Ani Yudhoyono akan mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019.
Meski masih terlalu pagi membicarakan hal ini, Lely menilai, bagi para pengagas program jelas berbeda. Para pemangku kepentingan politik, kata dia, ini jelas menjadi lonceng bagi mereka. Hal ini berarti pertanda mereka untuk memainkan perannya sesegera mungkin.
Pada dasarnya, Lely berpendapat, setiap warga negara Indonesia berhak untuk menyalonkan diri jadi pemimpin termasuk ikut Pilpres 2019. “Sepanjang punya kapasitas dan kapabilitas serta kualitas memadai,” kata pakar komunikasi politik ini kepada Republika.co.id, Selasa (22/3).
Jika ini dimiliki, dia melanjutkan, mereka jelas diperbolehka untuk saling bersaing satu sama lain dalam perhelatan pilpres nanti.
Sebelumnya, nama Ani Yudhoyono menjadi trending topic di Twitter. Istri mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut-sebut bakal maju menjadi presiden pada 2019 mendatang.
Kabar itu memang belum terverifikasi. Hanya berasal dari sebuah foto Ani Yudhoyono dengan tulisan 'Calon Presiden Partai Demokrat 2019'. Tertulis pula kata "Lanjutkan". Gambar tersebut mencuat di tengah tur yang digelar SBY bersama Partai Demokrat di Jawa.