REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan ribu sopir taksi di Jakarta protes terkiat keberadaan angkutan umum online seperti Grabtaksi dan Ubertaksi. Nyatanya, penolakan terhadap transportasi online juga terjadi di berbagai belahan negara.
Madrid, Spanyol misalnya dimana para sopir menolak operasional Ubertaksi. Serupa di Indonesia, sopir-sopir tersebut tidak mampu bersaing dengan kebaradaan transportasi online tersebut.
Terlebih, izin operasional angkutan umum itu juga masih belum dikeluarkan oleh pemerintah Spanyol. Sopir tersebut juga meminta pemerintah untuk memantau lisensi, kualitas dan keamanan dari transportasi online tersebut.
Kairo, Mesir juga menjadi negara yang mendapat protes terkait kehadiran transportasi online itu. Sopir taksi konvensional juga menuntut pemerintah untuk segera memblokir aplikasi layanan transportasi tersebut.
Sopir taksi di Kairo menilai kehadiran transportasi online telah merampas hak mereka sebagai angkutan umum. Mereka mempertanyakan kedudukan hukum transportasi online yang beroperasi di Mesir.
Kehadiran transportasi online juga ditolak di London, Inggris. Sopir taksi di negara tersebut mempertanyakan kedudukan hukum dan keamanan angkutan online tersebut.
Begitu juga dengan sopir taksi di Paris, Prancis yang menolak kehadiran transportasi online. Sopir taksi di Paris mengaku pendapatan mereka terancam akibat kehadiran transportasi online.
Mereka menilai, transportasi online tidak membayar apapun kepada negara. Angkutan itu hanya membayar kepada perusahaan dari setiap penumpang yang diangkut di jalanan.
Sementara, aksi demonstrasi sopir taksi di Jakarta membuat lumpuh arus lalu lintas di Ibukota. Aksi tersebut juga sempat diwarnai kericuhan antara sopir angkutan konvensional dan sopir Gojek.