REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pihak berwenang Belgia masih mencari titik terang terkait serangan bom bunuh diri Brussels yang diklaim ISIS, Rabu (23/3). Teror yang terjadi Selasa pagi itu menyasar bandara dan stasiun metro, menewaskan sedikitnya 31 orang.
Jaksa Belgia, Frederic Van Leeuw mengatakan masih terlalu dini untuk mengaitkan serangan Paris dengan Brussels. Begitupula ketika harus dikaitkan dengan penangkapan salah satu pelaku teror Paris, Salah Abdeslam beberapa hari lalu di Brussels.
Van Leeuw mengatakan pihak berwenang saat ini fokus pada pencarian satu orang diduga pelaku yang melarikan diri pascainsiden. "Sebuah foto tiga pelaku, pria, telah diambil dari Zaventem, dua orang tampaknya melakukan pengeboman bunuh diri, dan pria ketiga menggunakan topi dan jaket warna terang masih dicari," kata dia.
Kedua pria yang bunuh diri menggunakan jaket dan sarung tangan warna gelap. Diduga detonator bom disembunyikan di tangan kiri mereka itu. Pria bertopi tidak menggunakan sarung tangan.
Sementara, ISIS telah mengklaim tanggung jawab atas serangan. Kelompok ekstremis ini memperingatkan hari-hari gelap bagi mereka yang ikut berperang melawan mereka di Suriah dan Irak. Sejauh ini, Belgia ikut serta mengirim kapal perang dan bergabung dengan koalisi pimpinan barat.
Sekitar 300 penduduk Belgia diperkirakan ikut bergabung dengan ISIS di Suriah. Ini membuatnya jadi negara Eropa 'eksportir' militan terbesar dan harus dapat ekstra pengawasan dalam keamanan.
Baca juga, Ini Dia Gambar Tersangka Teror Brussels.
Pada Rabu Perdana Menteri Belgia, Charles Michel akan menyambut kunjungan Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls yang mendeklarasikan perang lawan teror. "Apa yang kita takutkan akan berlalu," kata Michel bersumpah untuk menaklukan ancaman.
Michel juga sudah secara dramatis meningkatkan dana untuk pasukan keamanan. Meski demikian, pengamat mengatakan melacak militan dari setengah juta Muslim di sana, sekitar lima persen populasi, akan menghadapi banyak gangguan.
Abdeslam yang tertangkap Jumat kemarin dilaporkan tidak terdeteksi selama empat bulan di Brussels. Ia dibantu oleh jaringan kawan dan kontak kriminalnya. Setelah menanyainya, polisi mengatakan seorang pelaku lain yang juga mantan militan di Suriah, Najim Laachroui telah membantunya dalam menyediakan senjata dalam serangan Paris.