Rabu 23 Mar 2016 17:43 WIB

Ada Upaya Pembenaran Perilaku Homoseksual Melalui Sains

Rep: Sri Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Ihshan Gumilar
Foto: ist
Ihshan Gumilar

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Peneliti dan dosen Universitas Bina Nusantara Ihshan Gumilar menyayangkan adanya upaya menggunakan sains untuk melakukan pembenaran perilaku homoseksual. Padahal, ilmu pengetahuan yang digunakan tidak didasarkan pada penelitian yang valid dan dapat dipercaya (reliable). 

"Penelitian yang bagus (valid dan bisa dipercaya) itu harus diulang oleh peneliti lain. Maka hasilnya pun harus sama. Permasalahan dalam penelitian neuro, terutama dalam masalah homoseksual, penelitian ini tidak pernah direplikasi," kata Ihshan kepada wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/3).

Salah satu hasil penelitian yang dilakukan menyatakan ada perbedaan struktur otak antara pelaku homoseksual dan heteroseksual. Ini sering kali dijadikan pembenaran untuk menyatakan bahwa homoseksual merupakan bawaan lahir seseorang.

Menurut Ihshan, hasil scan otak memang menunjukkan perbedaan tersebut. Namun, dalam neurosains dikenal istilah plasticity, yaitu sebuah konsep yang menjelaskan perubahan fungsi dan struktur otak dapat terjadi karena kebiasaan yang dilakukan manusia.

Apabila seseorang membiasakan diri dengan orientasi dan gaya hidup homoseksual, struktur dan fungsi otak dapat berubah seperti kebiasaan yang dilakukan. Otak akan menuntut orang tersebut untuk lebih menyukai sesama jenis.

Sementara penelitian yang dijadikan standar mengukur perbedaan antara otak pelaku homoseksual dan heteroseksual umumnya menggunakan sampel orang yang telah bertahun-tahun menjadi pelaku homoseksual. Penelitian ini dinilai tidak cukup valid untuk dapat menjustifikasi perilaku homoseksual adalah bawaan lahir.

Baca juga,LBH Jakarta Somasi Fidiansjah, Dadang Hawari: Itu Berlebihan.

Ihshan sangat meyakini homoseksual bukan bawaan lahir. Ia bahkan menantang para ilmuwan yang meyakini  homoseksual adalah perilaku bawaan untuk membuktikan pendapatnya dengan penelitian yang lebih valid.

"Saya tantang, kita buat penelitian yang panjang, 10-20 tahun. Jadi orang dari lahir sampai umur 25 tahun di-scan tiap beberapa tahun. Nanti samakan dengan yang homoseksual," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement