REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jogja International Batik Biennale yang pertama siap digelar pada bulam Oktober mendatang. Hal ini sekaligus meneguhkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
"Oleh karena itu kemasan kegiatannya tidak hanya Biennale saja, melainkan ada workshop yang pesertanya juga ada dari luar negeri serta kegiatan lainnya yang menandai bahwa Yogyakarta cocok sebagai Kota Batik Dunia," ujar Umar Priyono, Kepala Dinas Kebudayaan DIY usai mendampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X melakukan audiensi dengan Panitia Jogja International Batik Biennale di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Rabu (23/3).
Aki Adishakti, Ketua Organizing Commitee Jogja Internasional Batik Bionale mengatakan, kegiatan ini konsekuensi dari diperolehnya Yogyakarta sebagai kota batik dunia.
"Dengan kegiatan ini kami ingin lebih membudayakan batik di Indonesia dan terkenal di luar negeri. Selain batik yang dikenal, Yogyakarta juga ikut dikenal sampai keluar negeri," kata dia.
Puncak acara yang digelar pada 12-16 Oktober di Jogja Expo Center diantaranya simposium, pameran koleksi batik, kompetisi batik, fashion dan karnaval di Malioboro serta diakhiri gala dinners di Candi Boko.
Namun sebelumnya juga sudah ada kegiatan seperti workshop internasional tentang batik yang pesertanya dari Afrika, Thailand, Indonesia, Malaysia.
"Peserta simposium ditargetkan sekitar 600 orang dan sepertiganya berasal dari luar negeri. Kami juga mengundang desainer dari luar negeri untuk bisa berkolaborasi dengan desainer batik dari Indonesia menciptakan fashion," kata Pecinta Batik ini .
Pada kesempatan ini, kata Aki, juga akan angkat Imogiri sebagai museum hidup batik dan museum batik yang ramah lingkungan. Di sini sudah banyak pembatik yang menggunakan pewarna alam.