Rabu 23 Mar 2016 20:16 WIB

Seorang Warga Mengejar Polisi dengan Parang, Lalu...

Red: Ilham
Seorang membawa senjata tajam (ilustrasi)
Foto: AP/Hamada Elrasam
Seorang membawa senjata tajam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Sigit Joko Prastowo (43 tahun), warga Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar mengamuk dengan membawa parang pada Selasa (22/3). Sigit mengamuk karena tidak diizinkan menggendong keponakannya.

Ia mempunyai dua keponakan yang bernama Lintang Maulana kelas tiga sekolah dasar (SD) serta Lingga yang masih duduk di bangku PAUD. Anak tersebut menangis ketika hendak digendong oleh Sigit, sehingga ibu kedua anak melarang Sigit.

Tersinggung, Sigit marah dan memukul ibu kedua anak tersebut. Ayah Sigit, Karmidianto kemudian melaporkan kejadian itu ke polisi. Anggota pun langsung ke lokasi rumah Karmidianto.

Saat polisi tiba, Karmidianto lari ke arah petugas karena diburu oleh anaknya dengan membawa parang. Sigit terkejut dengan kedatangan polisi dan beralih mengejar anggota tersebut.

Aiptu Sagitarius pun terkejut dan memberikan tembakan peringatan dua kali ke udara sambil mundur menghindar. Namun peringatan tidak diindahkan. Sigit terus memburu tubuhnya.

Sigit semakin mendekati Aiptu Sagitarius dan hendak mengayunkan parang ke arahnya. Akhirnya Sagitarius mengacungkan senjata dan menembak perut Sigit.

Sigit langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Namun, nyawanya tidak dapat tertolong.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Blitar Kota, AKP Danang Yudanto mengatakan, penembakan itu terpaksa dilakukan oleh anggotanya. Sebab korban dinilai membahayakan nyawa orang lain. "Ada tembakan peringatan dua kali ke udara, jadi yang dilakukan anggota sudah sesuai prosedur," katanya, Rabu (23/3).

Walaupun mengaku membela diri dan mengakui penembakan itu sesuai dengan prosedur, polisi tetap akan memeriksa anggota yang menembak warga tersebut guna memastikan kronologisnya. "Nanti pelaku penembakan tetap diperiksa oleh Propam," katanya

Sementara itu, orangtua Sigit, Karmidianto mengatakan Sigit mengalami gangguan kejiwaan sejak 1998. Keluarga juga sudah berusaha menyembuhkannya dengan membawa ke rumah sakit jiwa sebanyak 13 kali, namun tidak kunjung sembuh, bahkan bertambah parah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement