REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi memastikan masih tersisa dua orang warga negara asing asal suku Uighur Provinsi Xinjiang, Cina yang bergabung dengan kelompok radikal Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.
"Dari enam warga Uighur yang ikut bersama Santoso, kami pastikan tinggal dua orang yang tersisa," katanya kepada sejumlah wartawan di Palu, Rabu (23/3).
Kapolda menjelaskan, dua warga Uighur yang sudah dipastikan tewas yakni Farouk alias Magalasi dan Nuretin alias Abdul. Kemudian satu orang lainnya, yakni pria yang ditemukan membusuk dengan kepala bagian atas berlubang dan di bagian pinggang ada bekas luka tembak dan kaki luka robek.
Jenazah ditemukan di pinggir sungai Desa Torire Desa Lelo, Poso. Jenazah dengan tinggi badan 180 sentimeter itu menggunakan jam tangan merek Casio.
Selanjutnya, suku Uighur lainnya yakni Joko alias Turang Ismail yang tewas bersama Tiger alias Anto alias Ishak asal Bima, pascakontak senjata dengan aparat gabungan TNI dan Polri, Selasa (22/3) kemarin.
Sebelumnya, Kapolda juga menjelaskan bahwa pihaknya sedang menelusuri jalur masuk yang dilalui suku Uighur untuk bergabung dengan kelompok Santoso.
WNA Uighur yang bergabung dengan kelompok Santoso itu dari Xinjiang menuju Bangkok, ke Malaysia, lalu ke Riau. Selanjutnya menuju Puncak di Jawa Barat (Jabar) dan terbang ke Makassar, kemudian menuju Palu dan Poso melalui jalur darat.
"Di Puncak, ada orang yang menjemput lalu dibawa ke Makassar lalu ke Sulawesi Tengah. Itu keterangan dari orang yang tertangkap di Parigi Moutong. Ini tidak jauh berbeda dengan orang asing yang masih berada di gunung," kata mantan Kapolres Poso itu.
Dia menyatakan, masuknya orang asing tak lepas dari kecanggihan komunikasi internet. Teknologi ini dimanfaatkan oleh Santoso untuk mengajak siapapun untuk bergabung. "Yang mau berjihad, ayo bergabung bersama kami di sini," kata Rudy menirukan pernyataan Santoso yang diunggah di internet.