Kamis 24 Mar 2016 11:43 WIB

Hebat! Negara Bagian India Ini Luncurkan Taksi Lokal Berbasis Aplikasi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Kerala Taxi
Foto: Google
Kerala Taxi

REPUBLIKA.CO.ID, KOCHI -- Sebuah perusahaan taksi lokal di negara bagian India, Kerala Taxi meluncurkan sebuah portal layanan taksi berbasis aplikasi bekerja sama dengan perusahaan taksi asal Inggris, CPM Taxi.

Konsep ini dihadirkan untuk bersaing dengan perubahan kebutuhan pelanggan dan memastikan kerja pengemudi taksi konvensional di Kerala tetap berkelanjutan.

Mantan anggota parlemen yang juga Sekretaris CPM Kerala, P Rajeev meresmikan portal www.keralataxi.co sekaligus membuka perdana operasional Kerala Taxi pada Kamis (24/3).

Perusahaan juga tetap mengoperasikan pusat informasi (call center) 24 jam di kantor pusat di Vytilla untuk melayani pesanan pelaggan yang tidak memesan taksi secara online.

Sekretaris Bidang Kesejahteraan Masyarakat Kerala, D Manikuttan mengatakan proyek percontohan ini diluncurkan pertama kalinya dengan menerapkan aplikasi online untuk 100 sopir pertama. Sejauh ini ada sekitar tiga ribu sopir taksi konvensional yang bekerja di perusahaan.

"Ini bagian dari ekspansi perusahaan. Selain melayani perjalanan dalam kota, taksi ini juga melayani perjalanan jarak jauh yang menawarkan skema pemesanan dan pembayaran secara online," katanya.

Pada portal terlihat layanan taksi ini diproses dalam tiga tahap. Penumpang mendaftarkan nama dan email mereka, lalu memberikan rincian lokasi penjemputan dan tujuan.

Penumpang yang terdaftar kemudian menerima informasi tentang sopir yang akan menjemput mereka, kemudian dihubungi langsung melalui sambungan telepon.

Rajeev menambahkan meski Kerala Taxi berbasis aplikasi layaknya Uber, namun harga yang dibayarkan pelanggan tidak semurah operator asing tersebut. Pemerintah telah setuju memberlakukan tarif minimal 150 rupee atau sekitar Rp 30 ribu per 10 kilometer (km).

"Tujuan dari proyek ini sama sekali bukan bersaing dengan Uber atau penyedia layanan taksi online lainnya. Kami hanya ingin mengakhiri praktik-praktik ilegal dan monopoli di sektor ini," kata Rajeev.

Rajeev menilai taksi online seperti Uber ilegal karena tidak mematuhi aturan hukum yang berlaku, khususnya tentang tarif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement