REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Serangkaian keputusan remeh seperti tak mampir minum kopi bisa menyelamatkan nyawa seorang pemudi Australia yang berada di Bandara Brussels saat serangan teroris terjadi pada Selasa (22/3).
Mahasiswi Brisbane, Eliza Weber (22 tahun) seharusnya terbang ke Praha pada (22/3) pagi saat serangan bom melumpuhkan bandara dan stasiun kereta api bawah tanah Maelbeek, yang mengakibatkan kematian 31 orang dan melukai 270 lainnya.
Ia bepergian ke Republik Ceko dengan dua temannya sebagai bagian dari libur musim semi kampus. Ia kini menjalani program pertukaran di Universitas College Dublin.
(Baca: 61 Korban Ledakan Brussels Masih Kritis)
Eliza dan teman seperjalanannya masuk ke penerbangan mereka 10 menit sebelum bom bunuh diri itu meledak di tempat yang tadinya mereka singgahi. Pengalaman lolos dari maut ini disebabkan pilihan luar biasa yang mereka buat sepanjang pagi, yang ternyata benar-benar menempatkan mereka keluar dari bahaya.
Awalnya, para perempuan muda ini membuat keputusan mendadak untuk naik taksi ke bandara, bukannya kereta seperti yang direncanakan. Jika mereka naik kereta api, mereka akan tiba di konter check in tepat saat ledakan terjadi.
Setelah selesai check in, Eliza memutuskan tidak berhenti makan untuk menghindari harga makanan bandara yang mahal. Dengan memutuskan untuk tidak berhenti dan langsung menuju ke pemeriksaan keamanan dan kemudian ke pintu gerbang, mereka berhasil menghindari ledakan.
Mereka tiba di pintu tunggu tepat sebelum pukul 08.10 pagi. Bom meledak setelah pukul 08.00. "Kami benar-benar tak mendengar apa pun, tak mencium bau asap apa pun," ujar Eliza.