REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai bahwa imbal hasil (yield) surat utang atau obligasi di dalam negeri yang cenderung menurun di sepanjang tahun 2016 ini menandakan perekonomian nasional mengalami perbaikan.
"Yield yang menurun menandakan risiko investasi di dalam obligasi rendah maka harga obligasi akan naik, risiko yang rendah itu karena fundamental ekonomi Indonesia terus membaik," ujar Direktur IBPA Wahyu Trenggono di Jakarta, Kamis (24/3).
Ia menambahkan bahwa minat investor asing yang cukup tinggi terhadap obligasi juga menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan yield. "Diharapkan, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak stabil sehingga memberikan ketenangan investor untuk berinvestasi," katanya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), kepemilikan asing di obligasi pemerintah per 23 Maret 2016 sebesar Rp 605,80 triliun atau 38,59 persen dari total outstanding surat utang di Indonesia senilai Rp 1.569,95 triliun. Kepemilikan asing di surat utang pemerintah itu meningkat dibandingkan akhir 2015 sebesar Rp 558,52 triliun.
Berdasarkan data IBPA, rata-rata yield surat utang negara (SUN) seri acuan (benchmark) mengalami penurunan. Rata-rata yield bertenor 1-30 tahun turun sekitar 13,81 basis poin periode 14-18 Maret 2016. Kurva IBPA-ICBYC (IBPA-Indonesia Corporate Bonds Yield Curve) pada periode itu rata-rata yield turun 16,31 basis poin.