REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean kurang sependapat dengan keputusan Presiden Joko Widodo yang lebih memilih pengembangan Blok Masela di darat (onshore) ketimbang di laut (offshore).
Ia menilai, keputusan Presiden terkait pengembangan Masela sebagai sebuah kebijakan yang didasarkan pada ilusi semata atau kebijakan ilutif. Ia menyebut, keputusan Presiden bersifat spekulatif.
"Presiden melihat sesuatu yang tidak terlihat dan belum tentu terjadi, yaitu multiplayer effect yang dijadikan alasan pengambilan kebijakan ini, sementara Presiden lupa hal yang utama di sini, yaitu gas-nya sendiri," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (25/3).
Ia melanjutkan, investasi tinggi tentu akan mengakibatkan harga keekonomian yang tidak kompetitif. Artinya, nanti gasnya bisa saja tidak ada yang beli karena harganya tinggi.
"Contoh sekarang Donggi Senoro, gasnya tidak terserap karena harga yang tidak kompetitif. Nah, ini akan terjadi juga di Masela nantinya," katanya.
Belum lagi, kata dia, jika melihat kesulitan yang akan timbul pada pengadaan lahan, seperti di Tanimbar, yang mayoritas tanah adat, tanah ulayat, dan budaya lokal yang mungkin akan terpinggirkan nantinya.
"Tingkat kepastian selesainya proyek ini tidak jelas karena kesulitan yang panjang di darat," katanya.