REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Peristiwa ledakan di Brussels sejak Selasa (22/3) lalu sudah menelan 31 korban jiwa. Korban jiwa berasal dari pelbagai negara dan masih ada puluhan lagi korban luka-luka.
Petugas kepolisian mengatakan, proses identifikasi korban pascaledakan tersebut memang berjalan cukup lambat. Hal tersebut disebabkan oleh banyak korban berasal dari warga asing.
Beberapa korban berasal dari berbagai negara, termasuk, Belgia, Kolombia, Ekuador, Prancis, Jerman, Inggris, Hungaria, Portugal, Rumania, Spanyol, Amerika Serikat, termasuk korban luka dari Indonesia. Beberapa korban warga negara asing tersebut sudah diketahui identitasnya dan diinformasikan melalui situs Trello atau situs yang memang dibuat untuk mengidentifikasi korban.
Salah satu korban jiwa pertama yang teridentifikasi adalah Adelma Tapia Ruiz. Perempuan berusia 37 tahun ini berasal dari Peru dan meninggal di bandara. Sementara suaminya, Christophe Delcambe, dan putri kembar mereka yang berusia empat tahun, Maureen dan Alondra, semuanya selamat.
Saudara Tapia, Fernando Tapia Coral, mengatakan dalam sebuah wawancara suami Tapia, Delcambe bersama putrinya berada di luar daerah gerbang sebelum ledakan terjadi. Dia kemudian tidak bisa menemukan istrinya setelah ledakan.
Delcambe sendiri mengalami luka, begitu juga Maureen, salah satu putrinya terkena pecahan peluru di salah satu lengannya. Sedangkan Alondra, putrinya yang satu lagi, tidak mengalami luka-luka.
Ada pula korban bernama Leopold Hecht yang memang warga Belgia. Dia meninggal dalam serangan di Maelbeek. Korban meninggal lainnya adalah David Dixon (Inggris), Elita Weah (Belanda), Olivier Delespesse (Belgia), dan Mr Deng (Cina), dikutip dari BBC, Sabtu (26/3).
Di samping itu, ada pula yang dilaporkan menghilang dan juga mengalami luka-luka. Hingga saat ini, korban masih terus diidentifikasi untuk segara dapat ditangani dengan baik.