Sabtu 26 Mar 2016 14:47 WIB

Suu Kyi Kehilangan Sikap Anggun Diwawancarai Wartawan Muslim

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Winda Destiana Putri
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berorasi dalam kampanyenya di Moe Nyin, Kachin, Myanmar, Ahad (4/10).
Foto: EPA/Nyein Chan Naing
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berorasi dalam kampanyenya di Moe Nyin, Kachin, Myanmar, Ahad (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BURMA -- Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dari Myanmar, Aung San Suu Kyi kehilangan sikap anggunnya ketika wawancara dengan salah satu wartawan BBM, Mishal Husain.

Dilansir Tribune, setelah mendapat sejumlah pertanyaan dari Husain, Suu Kyi yang dianggap sebagai simbol kebajikan di negara Barat, bergumam marah saat off-air, "Tidak ada yang bilang aku akan diwawancarai oleh seorang Muslim."

Suasana tidak mengenakkan antara dua wanita asal Asia tersebut mengemuka setelah sebuah buku berjudul The Lady Dan The Generals: Aung San Suu Kyi And Burma's Struggle For Freedom karya Peter Popham, terbit.

Selama sesi wawancara, Husain berulang kali meminta Suu Kyi untuk menghukum sentimen anti-Islam dan gelombang pembantaian massa Muslim di Myanmar. Namun, Suu Kyi menolak melakukannya.

"Saya rasa ada banyak, banyak umat Budha yang juga telah meninggalkan negara karena berbagai alasan. Ini adalah hasil dari penderitaan kita di bawah rezim diktator," kata Suu Kyi.

Sikap tidak jelas dari Pemenang Hadian Nobel terhadap kekerasan yang dialami minoritas Muslim Myanmar telah membuat cemas bahkan pada penggemarnya yang paling setia.

Sebagian besar mayoritas Budha di Myanmar tidak suka komunitas Muslim yang kecil, namun bergairah. Jawaban tersebut mengacu, Suu Kyi tidak ingin mengisolasi para pendukungnya.

Umat Muslim hanya empat persen dari populasi di Myanmar. Sementara Muslim Rohingya yang selama ini pengalami penindasan, jumlahnya lebih kecil daripada minoritas Muslim yang ada di negara tersebut.

Husain (43 tahun) adalah presenter Muslim pertama pada program Today Radio 4. Dia lahir dari orang tua Pakistan dan mengenyam pendidikan di Universitas Cambridge.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement