REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindakan terorisme harus dibasmi hingga ke akarnya. Namun, kasus dugaan terorisme yang dituduhkan kepada Suyono dinilai berbeda jauh dengan serangan teroris yang terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Suyono ditangkap begitu saja di depan anggota keluarganya dan kembali sudah tidak bernyawa. Berbeda dengan kasus terorisme di Thamrin di mana mereka terang-terangan menyerang masyarakat dan aparat kepolisian.
"Kalau polisi mengatasi teroris seperti itu, masyarakat tidak ada yang protes," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/3).
Sebaliknya, dalam kasus Suyono, dia pergi (ditangkap) dalam kondisi sehat tanpa perlawanan, bahkan tanpa surat penangkapan. Demi mengungkap kebenaran, Siyono hendaknya dibiarkan hidup kecuali jika dia benar-benar melakukan perlawanan, seperti teroris di Thamrin.
Dahnil mengatakan, benih-benih terorisme bisa muncul dari ketidakadilan. Lalu, orang-orang yang kerap merasakan ketidakadilan melakukan perlawanan dengan cara salah.
Kasus terorisme, terutama muncul dari sebagian kelompok anak muda yang kehilangan harapan. Pada saat bersamaan, radikalisme datang menawarkan "harapan" dan "penghargaan" pada mereka. Untuk itu, sangat penting menghadirkan harapan dan mimpi positif agar mereka tidak bergabung dengan kelompok yang menghasut dan menganjurkan tindak kekerasan.