Selasa 29 Mar 2016 06:59 WIB

Catatan Ahmad Ibnu Fadhlan Jadi Referensi Sastrawan dan Seniman

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Agung Sasongko
Bangsa Viking/Ilustrasi
Bangsa Viking/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Selain dijadikan sumber sejarah, catatan perjalanan Ahmad Ibnu Fadhlan juga dijadikan sumber inspirasi oleh banyak sastrawan dan seniman. Sebut saja misalnya, novel berjudul Eaters of the Dead karya Michael Crichton.

Catatan perjalanan Ibnu Fadhlan juga mengilhami sebuah film berjudul The 13th Warrior yang dirilis pada 1999, dan Beowulf yang dirilis pada 2007. Jauh lebih klasik lagi, catatan Ibnu Fadhlan dilaporkan menjadi cikal bakal terciptanya puisi epik Inggris, "Beowulf".

Hingga kini, memang tak ada yang dapat memastikan siapakah penulis dari legenda Inggris kuno tersebut. Namun, hubungan antara Ibnu Fadhlan dan Beowulf terletak pada latar belakang waktu dan tempat terjadinya cerita.

Puisi "Beowulf" ditulis di Inggris, meskipun setting peristiwanya terjadi di Skandinavia, Eropa Utara.

Cerita Beowulf dikisahkan terjadi antara abad ke-5 dan 6 Masehi, tetapi penulisannya dilakukan antara abad ke-8 dan 11. Sementara, sejarah bangsa Eropa Utara pada abad yang sama, dicatat pertama kali oleh Ibnu Fadhlan.

Beowulf sendiri bercerita tentang seorang prajurit dan pahlawan hebat. Ia berlayar ke Denmark untuk menyelamatkan Raja Hrothgar dari monster mengerikan yang disebut Grendel. Pertarungan pun terjadi dan Beowulf berhasil membunuh si monster. Atas tindakannya tersebut, Beowulf mendapatkan banyak hadiah dan diangkat menjadi raja. Namun, pada akhirnya ia juga mati terbunuh oleh monster.

Pada masa yang lebih modern, Crichton menuangkan catatan Ibnu Fadhlan ke dalam novelnya yang berjudul The Eaters of The Dead. Novel ini memadukan data-data sejarah yang terdapat dalam catatan Ibnu Fadhlan dengan cerita dalam puisi "Beowulf".

Film The 13th Warrior yang diangkat dari novel The Eaters of The Dead bercerita tentang seorang utusan dari Arab bernama Ibnu Fadhlan (diperankan oleh Antonio Banderas). Dikisahkan, Ibnu Fadhlan menyertai bangsa Viking yang sedang berpesta di Barbar Utara. Di pesta tersebut, Ibnu Fadhlan terkejut melihat kebiasaan dan adat istiadat bangsa Viking yang jauh dari nilai-nilai kesopanan, kemanusiaan, dan mengabaikan kebersihan.

Cerita berlanjut hingga Ibnu Fadhlan diminta bangsa Viking untuk membantu membunuh raksasa Wendol yang sering mengancam kehidupan bangsa mereka. Mulanya, Ibnu Fadhlan merasa aneh dan tidak nyaman dengan bangsa Viking. Namun, ketika mengetahui apa yang sedang dihadapi oleh bangsa Viking, ia akhirnya bersedia membantu bangsa Viking untuk bertarung melawan raksasa tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement