REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, mengungkapkan, dari aspek historisnya, kompleks Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan salah satu masjid yang paling dihormati umat Islam.
Bahkan, pada hari-hari besar Islam, pengunjung masjid Luar Batang tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tapi dari luar Jawa. Alwi menjelaskan, pada awalnya, Masjid Luar Batang adalah sebuah surau yang didirikan ulama asal Hadramaut, Yaman, yaitu Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dakwah yang dilakukan Habib Husein, surau itu pun terus berkembang menjadi masjid dan mulai terkenal sejak abad ke-18 silam.
''Bisa dibilang masjid yang paling dihormati umat islam waktu itu adalah Luar Batang, dan letaknya persis di dekat pelabuhan Sunda Kelapa. Jauh sebelum adanya masjid-masjid lain yang ada di Jakarta,'' ujar Alwi saat ditemui Republika.co.id, Selasa (29/3).
Alwi menambahkan, Masjid Luar Batang adalah tempat ibadah pertama yang paling banyak didatangi orang di Batavia pada saat itu. Kunjungan ke Masjid Luar Batang pun kian meningkat saat Habib Husein, yang meninggal dunia pada 1756, akhirnya dimakamkan di dekat masjid Luar Batang tersebut.
Hal ini terkait dengan adanya keinginan umat Islam pada saat itu untuk berziarah ke makam Habib Husein. Alhasil, kompleks masjid Luar Batang dianggap sebagai salah satu tempat yang keramat. Tidak hanya itu, kompleks ini pun memiliki makna historis tersendiri buat perkembangan kota Jakarta.
Terkait penamaan Kampung Luar Batang, Alwi mengungkapkan, pada masa lalu, VOC menggunakan sejenis batang pohon untuk menandai batas kota Batavia. Orang-orang yang menuju kota Batavia atau pun keluar dari kota Batavia harus melewati batang tersebut. Alwi menyebutkan, lokasi berdirinya masjid dan makam Habib Husein tersebut pada saat itu berada di luar kota Batavia.
''Seperti dikasih pembatas. Batas kota Batavia dulu seperti itu. Jadi itu (kompleks makam dan masjid Luar Batang), pada jaman dahulu berada di luar kota Batavia atau berada di luar batang pohon itu,'' kata Alwi, yang biasa disapa Abah Alwi tersebut.