REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol Budi Waseso mengatakan saat ini jaringan perdagangan narkoba dunia membidik Indonesia sebagai pangsa pasar utama karena memiliki jumlah penduduk produktif cukup banyak dan kehidupan sosial masyarakat yang terbilang bisa menerima.
"Shabu-shabu dunia ini asalnya dari Tiongkok, Taiwan, Pakistan, dan sejumlah negara Eropa, semuanya lari ke Indonesia. Bahkan yang di Australia juga pintu masukknya dari Bali dan Yogyakarta," kata Budi di Palembang, Selasa (29/3).
Ia mengatakan berdasarkan peta jalur perdagangan narkoba milik BNN diketahui bahwa shabu-shabu itu selalu transit di Malaysia dan Singapura. Kemudian, benda haram itu masuk ke Indonesia melalui sejumlah pelabuhan laut tidak resmi atau dikenal dengan sebutan pelabuhan tikus.
"Indonesia ini negara kepulauan, dan di sinilah celahnya sehingga sulit sekali memberantas dari sisi suplai. Celakanya, ketika barang masuk pelabuhan tikus, warga yang mengetahui cenderung mendiamkan saja, atau tidak melaporkan," kata dia.
Belum lama ini, BNN membekuk jaringan narkoba dunia asal Afrika yang masuk ke Indonesia melalui pelabuhan tikus di Aceh dan Medan. Sementara itu, diketahui bahwa dalangnya berada di Malaysia dan Singapura.
Terkait ini, apakah ada dugaan bahwa negara tetangga turut memuluskan narkoba masuk ke Indonesia, Budi mengatakan hingga kini belum ada bukti. "Sejauh ini Indonesia masih berpikir positif karena narkoba ini sudah disepakati seluruh negara di dunia sebagai suatu kejahatan yang harus diperangi bersama," kata dia.
Hanya saja, ia tidak menampik dugaan pemerintah Indonesia mengenai adanya suatu desain besar yang ingin menghancurkan generasi muda Indonesia. "Setiap Warga Negara Asing yang tertangkap selalu negatif jika dites urine, berbeda dengan bandar asal Indonesia yang pasti positif. Ini menunjukkan bahwa pengedar narkoba ini benar-benar ingin merusak generasi muda Indonesia, jika bisa menghilangkan satu generasi," kata dia.