REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Ketersediaan ayam di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Sukabumi dinilai masih normal karena pasokan dari produsen ayam ke pasaran masih lancar.
‘’Maraknya kasus flu burung tidak berpengaruh pada pasokan ayam ke pasaran,’’ ujar Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan kepada Republika, Selasa (29/3).
Hal ini, kata dia, dikarenakan serangan flu burung rata-rata hanya pada peternak kecil bukan perusahaan besar. Di mana, mereka hanya beternak ayam antara dua ekor hingga sepuluh ekor. Sehingga keberadaannya dinilai tidak terlalu berpengaruh pada distribusi ayam ke pasaran baik Sukabumi maupun luar daerah.
Iwan menerangkan, hingga saat ini memang tercatat empat kecamatan yang ditemukan kasus flu burung yakni Tegalbuleud, Sagaranten, Cikidang, dan Kabandungan.
Ia berharap jumlah kasus flu burung ini tidak akan bertambah banyak. Upayanya sambung Iwan, Disnak akan menggalakkan restrukturisasi perunggasan.
Terutama, dalam penataaan peternak atau warga yang memelihara unggas di dekat permukiman warga. Misalnya warga dilarang memelihara unggas sekitar 100 meter dari rumah.
Saat ini, diperkirakan masih ada sejumlah warga yang mengabaikan hal tersebut. Oleh karena itu, lanjut Iwan, Disnak akan melakukan penataan secara bertahap.
Caranya bisa dengan mengganti hewan ternak dari unggas ke ternak kambing ataupun kelinci. Langkah lainnya, yakni dengan berencana membentuk kampung ternak unggas.Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, upaya restrukturisasi perunggasan memang tidak mudah. "Banyak warga yang sangat menggantungkan penghasilan tambahan dari beternak,’’ terang dia.
Oleh karena itu Marwan berharap, petugas Disnak dapat menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya yang memelihara ayam dan bebek. Harapanya, warga tidak memelihara unggas dekat dengan permukiman dan memelihara unggasnya secara baik.