REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Detasemen Khusus 88 sedang menuai kritik. Pemicunya adalah dugaan pelanggaran HAM, atas kasus kematian seorang terduga terorisme asal Klaten, Suyono (39 tahun).
Pimpinan Pondok Pesantren Darun Najah, Sofwan Manaf, meminta ada penindakan tegas atas tindakan Densus 88, yang menyebabkan kematian atas Suyono. Sebab, terduga terorisme itu meninggal dunia di dalam mobil petugas, dan bukan dalam baku tembak seperti yang biasa dipertontonkan Densus 88.
Sofwan berpendapat, Densus 88 yang digembor-gemborkan memiliki keahlian khusus, seharusnya bisa mengatasi tangkapan yang sudah didapatkan. Terlebih, kabar menyebut kalau Suyono meninggal dunia, usai kepalanya dibenturkan petugas ke salah satu besi di dalam mobil Densus 88.
Penindakan tegas, lanjut Sofwan, harus dilakukan kalau tidak ingin masyarakat liar berkesimpulan, dan tidak lagi kooperatif dan simpatik atas kehadiran Densus 88. Bahkan, ia menilai Presiden Joko Widodo perlu turun tangan, untuk membuktikan komitmen atas keadilan bagi masyarakat kecil.
"Tidak boleh seperti itu, harus ditindak, Pak Presiden harus buktikan keadilan," kata Sofwan kepada Republika.co.id, kemarin.
Ia menjelaskan penanganan terhadap terorisme tidak bisa seperti itu, karena akan menimbulkan persepsi sewenang-wenang di mata publik. Sofwan menambahkan, kepercayaan masyarakat terhadap Densus 88 nantinya akan menurun, saat menyatakan seseorang terlibat dengan aksi terorisme.