REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan, undangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap salah seorang wartawannya bukanlah untuk membahas hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia. Akan tetapi, lebih untuk memberi pemahaman tentang budaya, sosial, politik, dan ekonomi yang ada di Negara Zionis tersebut.
"Kalau undangan yang saya baca sebetulnya itu bunyinya kurang lebih undangan untuk memberi pemahaman terhadap budaya, sosial, politik, ekonomi. Kira-kira begitulah, jadi tidak spesifik membahas hubungan diplomatik. Saya tidak melihat itu di undangan," kata Arif saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (30/3).
Terkait undangan tersebut, Arif menyatakan, sebagai sorang wartawan, ketika diundang siapa pun, selama itu tidak mengikat dan independensinya tidak terganggu, akan dipenuhi. Terlebih, dalam undangan tersebut tidak ada keharusan untuk menulis atau tidak menulis. "Jadi, tidak ada kaitan antara undangan dan kewajiban menulis," ucap Arif
Menyikapi seruan Netanyahu untuk membangkitkan hubungan diplomatik resmi antara Israel dan Indonesia, Arif mengungkapkan, sikap Tempo sama seperti Pemerintah Indonesia, yaitu mendukung kemerdekaan Palestina. Dengan demikian, hubungan diplomatik tersebut bisa dibahas setelah kemerdekaan Palestina diselesaikan.
"Tempo seperti juga pemerintahan Indonesia, sangat mendukung kemerdekaan Palestina, itu dulu yang paling penting," kata Arif.
Baca juga, Setelah Tolak Menlu, Netanyahu Malah Jamu Jurnalis Senior Indonesia.