Rabu 30 Mar 2016 19:43 WIB

5 Alasan Mengapa Kunjungan Wartawan ke Israel Patut Dipermasalahkan

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Muhyidin Junaidi
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Muhyidin Junaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan rombongan jurnalis Indonesia atas undangan Perdana Menteri (PM) Israel, Benyamin Netanyahu menimbulkan polemik. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut ada lima alasan kenapa kunjungan rombongan jurnalis Indonesia ke Israel tersebut patut dipermasalahkan.

Ketua MUI bidang Luar Negeri, KH Muhyidin Junaidi mengatakan, ada lima alasan mengapa hal ini patut dipermasalahkan. Pertama, kata dia, mengutuk kunjungan tersebut karena murni melukai umat Islam di Indonesia.

Kedua, kunjungan para jurnalis itu mampu menciptakan internal koflik di kalangan masyarkat Indonesia dan umat Islam. Ini terlihat dengan munculnya pro dan kontra atas kunjungan tersebut di tengah masyarakat.

"Ketiga kunjungan itu menyalahi Undang-undang kita, karena konstitusi menentang penjajahan dan Israel masih kita anggap negara penjajah," katanya kepada Republika.co.id, Rabu (30/3). (Publik Diminta Waspadai Media yang Jadi 'Corong' Israel).

Keempat, ia melanjutkan, kunjungan para jurnalis tersebut menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah KTT luar biasa OKI dianggap menyalahi kesepakatan negara-negara OKI. Yakni yang menolak pengakuan Israel atas klaim wilayah Palestina dan upaya embargo produk Israel.

"Ini sekaligus menohok Indonesia sebagai Ketua penyelenggara KTT luar biasa OKI di Jakarta kemarin," kata dia. Dan kelima, kunjungan para jurnalis itu merusak wajah Indonesia di mata dunia internasional, khususnya negara OKI.

Sebab Indonesia selama ini dianggap masih konsisten memposisikan diri berseberangan dengan Israel. Menurut dia, hal ini bisa mendorong negara-negara lain di Liga Arab dan Anggota OKI memilih melanjutkan hubungan diplomatik dengan Israel, karena kenyataanya Indonesia pun berkompromi dengan Israel.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement