REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, -- Sebagai negara muslim terbesar di dunia, ekonomi syariah berkembang pesat di Indonesia hingga merambah sektor properti. Bahkan porsi pembelian properti melalui sistem syariah telah menjadi daya tarik tersendiri dalam menjaring konsumen.
Deputi Komisioner Bidang Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan Achmad Bukhari mengatakan, visi ekonomi syariah berpotensi besar dalam mendukung perekonomian Indonesia, termasuk didalamnya industri properti. “Bisnis properti syariah mulai mendapat perhatian publik dari berbagai sisi,” katanya disela seminar Prospek Bisnis Properti Syariah, yang digelar Majalah Property&Bank, Rabu,(30/3).
Menurut Bukhari, dalam siaran persnya, selain untuk membuka akses kepada masyarakat ekonomi rendah, ekonomi syariah juga dapat berkontribusi dalam pembiayaan jangka panjang. Ekonomi syariah tidak hanya mengenalkan konsep, halal untuk masyarakat, namun juga menawarkan inovasi produk yang dapat menunjang perekonomian.
Hanya saja, dalam prakteknya produk inovasi yang ditawarkan ekonomi syariah perlu untuk diedukasikan lagi kepada masyarakat. Penjelasan mengenai produk harus sesuai antara seluruh perbankan syariah kepada nasabahnya. Apalagi dengan produk dan akadnya yang cukup beragam.
Ekonomi berbasis syariah juga sudah banyak diaplikasikan perbankan. Tak sedikit lembaga perbankan membuat divisi khusus bahkan memisahkan menjadi sebuah perusahaan bank tersendiri yang fokus pada perbankan syariah dengan menyediakan berbagai fasilitas perbankan dalam produk syariah. “Kami serius menggarap ekonomi syariah sesuai kaidah,” kata Direktur Bisnis BNI Syariah Kukuh Rahardjo.
Selain menampilkan 2 pembicara diatas, seminar sehari ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lainnya seperti Ketua DPD REI DKI Jakarta Amran Nukman, Dewan Syariah Nasional MUI Adiwarman Karim, pakar Ekonomi Syariah Erwandi Tarmizi. Pelaku bisnis properti syariah antara lain Komisaris PT. Sofyan Hotel Tbk. Riyanto Sofyan, CEO Bumi Darusalam Group Yon Haryono, dan CEO Maton House M Makbul.