REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengatakan pembangunan perpustakaan DPR mempunyai tujuan yang baik untuk mencerdaskan bangsa. Namun, pembangunan perpustakaan tersebut sebaiknya tidak mengganggu program prorakyat.
Ibas pun sepakat buku merupakan gudang sejuta ilmu menuju sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Hanya saja, perlu dipertimbangkan juga ketersediaan anggaran negara agar tidak membebani pembiayaan sektor lain yang lebih diprioritaskan untuk pembangunan masyarakat.
"Timing (waktu) yang tepat juga diperlukan. Jika sesuai dengan keuangan negara go ahead, tapi jika ada prioritas lain, lebih baik untuk program prorakyat saja," kata anggota Komisi X DPR ini kepada Republika.co.id, Rabu.
Ibas menyebut ide memberikan fasilitas penunjang agar kinerja anggota dewan semakin berkualitas patut diapresiasi. Hanya saja perlu pertimbangan matang dan dukungan semua pihak termasuk harus benar-benar ada unsur urgensinya.
Secara prinsip, anak dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono ini sepakat agar wakil rakyat memiliki pengetahuan yang mendalam dalam menjalankan fungsinya. Ketersedian fasilitas perpustakaan yang lengkap dan memadai menjadi salah satu penunjang.
Apabila DPR bersama pemerintah benar-benar memiliki atensi tinggi dalam mengkampanyekan gerakan gemar membaca buku di kalangan masyarakat, maka perpustakaan-perpustakaan daerah patut juga diperhatikan.
"Infrastruktur, sarana dan prasarana maupun koleksi buku-buku perlu terus ditambah agar memudahkan akses masyarakat sekaligus menarik minat anak-anak didik di daerah," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya pimpinan DPR berencana membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara. Proyek ini rencananya akan masuk dalam anggaran proyek DPR RI di APBN 2016 senilai Rp 570 miliar.
Pembangunan perpustakaan yang rencananya dapat menampung 600 ribu koleksi buku ini akan satu gedung dengan gedung baru untuk ruang kerja anggota.