Kamis 31 Mar 2016 12:54 WIB

Penyanderaan WNI, Menlu: Keselamatan ABK Jadi Acuan Kami

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.
Foto: Republika/ Wihdan
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Pemerintah Indonesia saat ini tengah mengupayakan penyelamatan 10 warga negara Indonesia yang ditahan militan Filipina Abu Sayyaf. Mereka merupakan anak buah kapal korban pembajakan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan, koordinasi dan komunikasi dalam tiga hari terakhir semakin diintensifkan. "Komunikasi saya dengan Menlu Filipina sangat intensif. Komunikasi terakhir saya lakukan pagi ini pukul 08.13," katanya kepada wartawan, Kamis (31/3).

Secara paralel, ia melanjutkan, kolega lain juga melakukan komunikasi dengan para rekan mereka di Filipina. Indonesia juga terus mendapat Informasi mengenai pergerakan, posisi dan kondisi para sandera.

Belum diketahui pasti apakah Indonesia akan membayarkan uang tebusan yang diminta militan untuk membebaskan korban.  Sejauh ini penjajakan pilihan terbaik terus dilakukan. Kementerian pun telah melakukan komunikasi dengan pihak keluarga ABK.

"Sebagaimana yang saya sampaikan Selasa lalu, keselamatan ABK menjadi acuan utama kita," tegas Retno.

Sebelumnya, Kementerian menerima informasi adanya dua kapal berbendera Indonesia yang dibajak dan penyanderaan 10 WNI di perairan Filipina.

Dua kapal tersebut diketahui kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa tujuh ribu ton batubara dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalimantan Selatan) menuju Batangas (Fililina Selatan).

Baca juga, Kemenlu Konfirmasi Pembajakan Kapal Indonesia di Filipina.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement