REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Basuki Tjahaja Purnama dinilai merupakan figur paling kuat dalam bursa calon Gubernur DKI Jakarta. Kendati demikian, Ahok juga belum pasti menang dalam Pemilihan Kepala Daerah 2017.
"Dinamika politik masih terus berkembang. Perkembangan tersebut bisa saja menguntungkan, atau justeru sebaliknya akan merugikan Ahok," kata peneliti senior Indonesian Public Institute Karyono Wibowo.
Karyono menambahkan, meskipun elektabilitas Ahok berada di atas karena merupakan gubernur yang saat ini masih menjabat, Karyono mengatakan bisa saja yang terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah 2017 adalah calon lainnya. Menurut Karyono, waktu yang tersisa kurang lebih 10 bulan masih memungkinkan terjadi perubahan peta politik yang dapat memengaruhi volatilitas dukungan terhadap para calon.
"Kalkulasi politik tidak seperti matematika bila satu ditambah satu akan menjadi dua. Pertarungan politik sangat dinamis. Bisa saja terjadi perubahan dukungan dalam waktu tertentu. Apalagi bila ada kejadian luar biasa yang membuat citra kandidat buruk," tuturnya.
Selain kejadian luar biasa, kata dia, masih banyak hal lain yang dapat memengaruhi dukungan pemilih, misalnya politik uang yang dilakukan secara masif dan tepat sasaran serta intimidasi terhadap pemilih. "Namun, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hal-hal tersebut terhadap perilaku pemilih, masih perlu diuji melalui survei agar dapat terpetakan dengan jelas dan akurat," katanya.